Aksi jual masih berlanjut di Wall Street pada akhir pekan kemaren. Kekhawatiran akan turunnya outlook earning emiten teknologi karena prediksi suramnya bisnis semikonduktor akibat penguatan USD, serta melemahnya ekonomi Jerman dan diturunkannya credit outlook Prancis menjadi negatif, menyebabkan anjloknya Nasdaq sebesar 102,1 poin (-2,33%) ke level 4.276,24 dan Dow Jones turun sebesar 115,15 poin (-0,69%) ke level 16.544,1, serta S&P 500 melemah 22,08 poin (-1,15%) ke level 1.906,13. Kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global yaitu memburuknya ekonomi di Eropa dan perlambatan di China, menjadi alasan utama terjadinya aksi jual saham global secara masif pada pekan ini. Dalam sepekan, Dow Jones turun -2,74%, S&P 500 melorot -3,14% dan Nasdaq anjlok -4,45%.
Sentimen negatif global turut menjadi pemicu terkoreksinya IHSG turun 30,91 poin (-0,62%) ke posisi 4.962,96, dengan investor asing melakukan net sell sebesar Rp. 515 Milyar di pasar reguler pada akhir pekan kemaren. Namun meredanya ke”gaduh”an kondisi politik dalam negeri, pasca pemilihan ketua MPR dan tidak adanya agenda politik baru selain pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden RI pada 20 Oktober 2014 mendatang serta pembentukan kabinetnya menjadikan IHSG berhasil naik tipis sebesar +0,3% dalam sepekan kemaren. Walaupun demikian, investor asing masih terus melakukan net sell dengan total sebesar Rp. 1,2 triliun sepanjang pekan kemaren.
Saat ini kekhawatiran pelaku pasar di IHSG mulai bergeser dari politik dalam negeri ke kondisi ekonomi global. Berakhirnya paket stimulus AS di bulan Oktober dan ancaman kenaikan suku bunga The Fed awal tahun depan serta menguatnya dolar AS menjadi penyebab munculnya masalah baru pada ekonomi dunia. Masalah ini timbul khususnya pada negara2 yang belum mengalami pemulihan pasca krisis global tahun 2008, khususnya negara2 di Zona Eropa.
Peringatan IMF bahwa zona Eropa kemungkinan akan terjatuh kembali ke jurang resesi dan pernyataan Presiden ECB Mario Draghi yang mengatakan bahwa pemulihan ekonomi di Eropa telah kehilangan momentum dan pihaknya harus menaikkan inflasi dari level yang sangat rendah saat ini, menjadi penyebab Bursa Saham Eropa didera oleh aksi jual. DAX Jerman mengalami penurunan -12,57% dari level tertingginya di bulan Juni lalu, sehingga year to date (YTD) tumbuh negatif -7,99%, CAC 40 Prancis turun dari level tertinggi di bulan Juni sebesar -11,41%, sehingga YTD menjadi -5,17%. Sedangkan FTSE 100 London turun dari level tertingginya -8,17% sehingga YTD turun -6,06%.
Jika kita perhatikan, koreksi yang terjadi pada Bursa Eropa rata-rata juga mulai dialami oleh major bursa global lainnya, yang sejak bulan lalu juga telah mengalami koreksi dari level tertingginya. Jika Bursa Eropa telah turun jauh dibawah dari MA 200 nya, beberapa bursa lainnya saat ini sedang berada di kisaran MA 200 nya, sebut saja Hang Seng Hongkong, Strait Times Singapore dan 3 bursa utama Wall Street. IHSG sendiri saat ini sedang berkonsolidasi di antara MA 100 dan MA 200 nya.
Technically, saat ini MA 100 indeks masih menjadi resisten bagi IHSG. Selama tidak mampu melewati resisten tersebut (level 5050), maka IHSG masih berpotensi untuk turun menuju kisaran 4840-4800 atau menguji area MA 200 nya. Indikator teknikal Stochastic yang kembali death cross di area over sold dan MACD yang masih bergerak turun mengindikasikan kecenderungan indeks masih dalam trend negatif. Untuk besok senin IHSG diperkirakan akan bergerak dengan resisten disekitar area gap 4971-4992. Sedangkan untuk supportnya berada di level 4933, dengan support selanjutnya berada di level 4914.
Volatilitas tinggi yang saat ini sedang terjadi di market dan dana asing yang terus keluar, menunjukan bahwa semakin hari kondisi IHSG mulai memasuki level kritis. Walaupun sempat muncul sentimen positif dari Keputusan The Fed yang masih akan menunda kenaikan suku bunga acuannya, namun kekhawatiran market akan pertumbuhan Ekonomi Global dan koreksi dalam yang sedang berlangsung di bursa global pasca keputusan tersebut, menghapus seluruh optimisme yang sempat muncul sesaat.
Walaupun ada sedikit harapan dari pelantikan Jokowi sebagai Presiden dan terbentuknya kabinet pemerintahannya, namun masih banyak sentimen negatif yang bisa dipakai sebagai alasan untuk berlanjutnya koreksi. Kondisi politik yang sedikit mendingin namun masih gak jelas diperkirakan hanya sementara saja. Gesekan antara parlemen dengan pemerintah masih berpeluang besar terjadi, seperti keputusan kenaikan BBM Subsidi pasca pelantikan nanti. Belum lagi kombinasi perlambatan ekonomi global dan penguatan USD serta melimpahnya supply, menjadi faktor penyebab tumbangnya harga2 komoditas utama dunia yang akan berpengaruh pada eksport Indonesia dan akan berdampak pada defisit neraca perdagangan. Ditambah dengan ancaman dari penyebaran Virus Ebola yang mulai mendunia dan korbannya sudah berjatuhan di Amerika dan Eropa.
“Namun apapun sentimen negatifnya, penurunan ini bukanlah awal dari sebuah crash besar seperti yang terjadi pada tahun 2008 lalu. Koreksi yang terjadi saat ini, agar kenaikan kedepan dapat lebih sehat. Saya masih percaya bahwa koreksi ini masih merupakan bagian dari langkah mundur sejenak sebelum naik lebih tinggi lagi, walaupun bottomnya masih belum kelihatan.”
Jadi bila terjadi tekanan jual yang cukup dalam, masih terbuka potensi terjadinya teknikal rebound. Lakukan selective buying dalam posisi trading cepat. Tapi kalau mau posisi lebih aman, dapat menunggu IHSG masuk kisaran suport di 4840 – 4800. Lebih baik kita menunggu perkembangan situasi di market. Untuk detail view saham, support dan resistance akan dibahas lebih jelas di grup nantinya khusus bagi member premium kami.
Bagi anda yang berminat untuk memperoleh ide trading atau trading plans dari saham-saham yang berpotensi memberikan profit, serta ingin mengkonsultasikan portfolio anda, maka segera bergabunglah ke dalam group kami dengan menjadi member premium dari Step-trader.com. Bagi yang berminat untuk bergabung menjadi member premium kami dapat melihatnya pada bagian MEMBER REGISTRATION diatas.
Save Trading, Good Luck & GBU Always..
Leave a Reply