Panik Mulai Melanda Pasar Saham Global

Akhir pekan kemaren Bursa Wall Street di tutup anjlok turun tajam, setelah investor mengkhawatirkan perlambatan ekonomi China bakal membawa perekonomian dunia semakin lesu. Hal ini memicu aksi jual besar-besaran untuk hari kedua berturut-turut dan merupakan penurunan yang terdalam sejak hampir 4 tahun terakhir. Dow Jones merosot 530,94 poin (-3,12%) ke 16.459,75, S&P 500 turun 64,84 poin (-3,19%) ke 1.970,89 dan Nasdaq anjlok 171,45 poin (-3,52%) ke 4.706,04. Dengan penurunan tersebut, maka sepanjang pekan kemaren Wall Street berakhir turun tajam, dengan Dow Jones anjlok -5,82%, S&P 500 merosot -5,77%, dan Nasdaq kehilangan -6,78%.

Sementara dari dalam negeri, IHSG menutup perdagangan akhir pekan dengan penurunan 105,958 poin (-2,39%) ke level 4.335,953. Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih sebesar Rp. 523 milyar di pasar reguler. Resiko pasar semakin meningkat dengan makin terpuruknya nilai tukar Rupiah yang sempat menyentuh level Rp. 14.000,- per USD. Sepanjang perdagangan pekan kemaren IHSG terus melemah hingga berakhir turun -5,44%, dengan investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp. 1,8 Triliun dalam sepekan. Posisi penutupan perdagangan kemaren merupakan level terendah IHSG pada tahun ini. IHSG telah terjun -17,1% dari posisi awal tahun ini atau anjlok -21,5% dari level tertingginya di 5.523,29 pada 7 April lalu dan menjadi pasar modal dengan penurunan terburuk di kawasan regional.

Bukan hanya IHSG saja yang terpuruk. Rata-rata bursa saham dunia mengalami tekanan jual yang signifikan pada pekan kemaren. Pasar saham Asia, Eropa, dan Amerika semua turun tajam. China kembali memberikan sentimen negatif bagi pasar saham global, sejak devaluasi yuan dua pekan lalu. Jatuhnya indeks manufaktur China ke level terendah sepanjang lebih dari 6 tahun terakhir semakin menekan kinerja bursa saham global. Sentimen pelemahan China tersebut telah menggiring kejatuhan komoditas, hingga menggerus harga minyak dunia sempat jatuh dibawah level US$40/barrel.

Kekhawatiran melambatnya ekonomi dunia yang dipicu oleh lesunya ekonomi China jadi sentimen negatif bagi seluruh investor saham dunia saat ini. Ketidakpastian mengenai jadi atau tidak The Fed menaikan suku bunga pada 16-17 September nanti dan spekulasi kelanjutan devaluasi Yuan oleh China yang dapat memicu terjadinya “Currency War”, membuat pasar melakukan aksi jual terhadap asset2 berisiko seperti komoditas dan saham. Sementara investor di IHSG juga terus menarik dananya dari pasar saham dengan tidak mengurangi aksi jual, karena melihat nilai tukar Rupiah yang semakin terpuruk dan ekonomi yang belum memperlihatkan tanda2 akan pulih dari perlambatan yang sedang terjadi, serta semakin lemahnya daya beli konsumen Indonesia. Sementara penyerapan anggaran pemerintah di sektor infrastruktur yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berjalan lambat.

Dari kondisi tersebut, belum ada yang mengetahui sejauh mana level terendah yang akan dicapai oleh IHSG, karena hingga saat ini belum ada sentimen positif yang bisa mendorong kenaikannya. Pelaku pasar masih menunggu berita2 positif dan langkah2 positif apa yang akan diambil oleh pemerintah guna meredakan aksi jual yang sedang terjadi. Hingga berita ini ditulis, baru satu langkah yang sudah diambil oleh OJK, yaitu memperbolehkan emiten untuk melakukan buyback saham maksimal 20% dari modal disetor tanpa melalui persetujuan RUPS. Namun langkah tersebut tidak akan membuat saham2 lantas bergerak naik, hanya menahan penurunannya agar tidak terlalu tajam. Karena tujuan dari buyback adalah menahan penurunan harga, bukan mengangkat harga saham.

Lalu Bagaimana IHSG akan bergerak untuk pekan depan?

Secara teknikal, IHSG masih bearish dengan bergerak turun di dalam downtrend channelnya. IHSG masih akan melanjutkan pelemahannya terimbas oleh anjloknya bursa saham global kemaren. Indikator teknikal masih mengindikasikan pelemahan. Stochastic berada di area oversold, sedangkan MACD masih bergerak turun dengan histogram bar merah bergerak turun diarea negatif. Target penurunan terdekat menutup gap bawah di 4270. Jika gap tersebut dilewati, maka IHSG akan menguji support psikologis 4200. Diperkirakan IHSG akan mengalami teknikal rebound dulu pada level tersebut. Namun jika tekanan jual terus berlanjut, maka IHSG berpeluang untuk turun menuju support selanjutnya di 4000, dengan minor target menutup gap 4102-4072.

23Agustus15-IHSG

Walaupun masih cenderung tertekan, namun jika terus menerus tertekan dalam, maka IHSG berpeluang mengalami teknikal rebound. Kondisi pasar yang tengah oversold dalam jangka pendek dapat mengundang minat bargain hunting bagi trader jangka pendek atau scalper. Trader dapat memanfaatkan kepanikan pasar dengan trading cepat pada saham2 berkapitalisasi besar dengan fundamental bagus untuk mencari profit jangka pendek.

Untuk sementara ini dulu yang bisa saya sampaikan dalam weekly strategic analysis pada pekan ini. Mengenai saham-saham apa saja yang menarik untuk di tradingkan dalam jangka pendek, akan diulas khusus di area member premium. Bagi anda yang berminat untuk memperoleh ulasan market outlook dan ide trading, serta ingin bergabung ke dalam group kami dengan menjadi member premium dari Step-trader.com, dapat melihat info lengkapnya pada bagian MEMBER REGISTRATION diatas.

Save Trading, Good Luck & GBU Always

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*