
Sehari pasca putusan The Fed menahan suku bunga acuannya tetap di level terendah akibat kekhawatiran melemahnya pertumbuhan ekonomi global, Bursa Wall Street berakhir turun tajam -1% lebih pada perdagangan akhir pekan. Dow Jones anjlok 289,95 poin (-1,74%) ke 16.384,79, S&P 500 turun 32,12 poin (-1,61%) ke 1.958,08 dan Nasdaq melemah 66,72 poin (-1,36%) ke 4.827,23. Kekhawatiran The Fed akan pasar keuangan global yang masih bergejolak dan inflasi AS yang rendah menjadi salah satu alasan suku bunga acuan belum bisa dinaikan, sehingga memperpanjang ketidakpastian yang berlangsung dipasar. Kondisi tersebut membuat bursa utama AS berakhir mixed dalam sepekan, dengan Dow Jones turun -0,3%, S&P 500 melemah -0,15%, sedangkan Nasdaq naik +0,1%.
Dari dalam negeri, IHSG berakhir flat dan hanya naik tipis 1,935 poin (+0,04%) ke level 4.380,320 pada akhir pekan. Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih sebesar Rp. 464 milyar. IHSG bergerak fluktuatif dengan kecenderungan menguat saat menunggu hasil putusan The Fed. Dalam sepekan, IHSG berhasil menguat sebesar +0,45%, dengan investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp. 1,3 Triliun di pasar reguler.
Penundaan kenaikan suku bunga The Fed kembali membuat ketidakpastian pada pasar keuangan global berlanjut. Keputusan penundaan tersebut karena melihat kondisi ekonomi dunia yang melambat, terutama China dan emerging market. Kondisi ini membuat investor khawatir bahwa penundaaan tersebut mengisyaratkan gangguan ekonomi yang sedang dihadapi oleh ekonomi global lebih kuat daripada yang diperkirakan. Hal ini memicu turunnya mayoritas bursa saham global. Bursa saham negara maju seperti Jepang, Eropa dan AS rata-rata turun antara 1,3% – 3% pada akhir pekan kemaren. Demikian juga dengan harga minyak dunia yang kembali anjlok -4% lebih, turun di bawah level US$ 45/barrel.
Lalu bagaimana pergerakan IHSG kedepan?
Dengan ditahannya Fed Fund Rate membuat Indonesia dan negara berkembang lain dipaksa terus berdebar-debar menunggu pertemuan The Fed berikutnya. Hingga akhir tahun, FOMC meeting menyisakan 2 kali jadwal yaitu 27-28 Oktober 2015 dan 15-16 Desember 2015. Selama The Fed menunda terus, maka masa-masa ketidakpastian ekonomi pun bakal kian panjang. Bahkan, suku bunga rendah The Fed kemungkinan bisa terjadi sampai 2016 jika ekonomi global tidak kunjung membaik.
Memang jika nanti The Fed menaikan bunga, pasar akan langsung bergejolak turun. Namun dengan dinaikan, kepastian di market dapat lebih terukur dan tentu akan ada solusinya. Gejolak diyakini dapat berlangsung sementara, lalu pasar akan melakukan konsolidasi dan keadaan menjadi reda serta menyesuaikan diri dan kemudian berangsur-angsur pulih, sama seperti ketika The Fed melakukan “Tappering Off” pada 2013 lalu.
Dengan kembalinya ketidakpastian mengenai Fed Rate, maka pelaku pasar tinggal berharap pada target serapan anggaran belanja pemerintah dan pilkada serentak yang diharapkan dapat mendongkrak daya beli masyarakat. Selain itu investor juga menunggu deregulasi dan debirokratisasi dari paket kebijakan jilid I pemerintah dapat terealisasi dengan cepat, disamping berharap pada paket kebijakan ekonomi jilid II yang rencananya akan dikeluarkan oleh pemerintah pada akhir bulan ini. Di paket kebijakan jilid II, pemerintah berencana untuk menurunkan harga BBM dan tarif listrik, sehingga diharapkan dapat menjadi stimulus yang langsung mengena dan dapat membawa imbas positif bagi perekonomian Indonesia.
Technically, sama seperti pekan lalu, kondisi IHSG sekarang ini tidak jauh berbeda dan masih dalam fase konsolidasi mencari arah pergerakan selanjutnya. Support IHSG untuk sepekan kedepan diperkirakan berada di level 4270, sedangkan untuk resistennya diperkirakan berada di 4510. Indikator teknikal Stochastic golden cross, sedangkan MACD cenderung bergerak naik tapi masih diarea negatif. Sementara MA5 telah golden cross dengan MA20, dan IHSG berhasil close diatas kedua garis MA tersebut. Dari kondisi ini menunjukan bahwa IHSG masih berkonsolidasi, dengan signal jangka pendek masih condong menguat.
Namun penurunan bursa saham global pada akhir pekan kemaren, diperkirakan akan menular pada IHSG di awal pekan besok. IHSG berpotensi turun. Jika jebol support 4270, IHSG berpotensi menutup gap bawah di level 4237. Tetap safe trading mengingat kondisi pasar saham dunia sedang tidak kondusif, serta Rupiah masih cenderung melemah dan investor asing masih melakukan net sell meskipun The Fed sudah menunda suku bunganya.
Untuk sementara ini dulu yang bisa saya sampaikan dalam weekly strategic analysis pada pekan ini. Mengenai saham-saham apa saja yang menarik untuk di tradingkan dalam jangka pendek, akan diulas khusus di area member premium. Bagi anda yang berminat untuk memperoleh ulasan market outlook dan ide trading, serta ingin bergabung ke dalam group kami dengan menjadi member premium dari Step-trader.com, dapat melihat info lengkapnya pada bagian MEMBER REGISTRATION diatas.
Safe Trading, Good Luck & GBU Always
Leave a Reply