
Pasca libur Thanksgiving, Bursa saham AS di tutup bervariasi dalam perdagangan yang berlangsung singkat (setengah hari) pada akhir pekan. Penjualan di toko2 AS dan pusat perbelanjaan terlihat tak terlalu ramai pada malam perayaan Thanksgiving dan Black Friday, menyebabkan jatuhnya saham konsumen. Dow Jones ditutup turun 14,9 poin (-0,08%) ke posisi 17.798,49 poin, S&P 500 naik tipis 1,24 poin (+0,06%) menjadi 2.090,11 poin dan Nasdaq menguat 11,38 poin (+0,22%) ke posisi 5.127,53 poin. Dalam sepekan Wall Street bergerak bervariasi, dengan Dow Jones melemah -0,14%, S&P 500 naik +0,05%, dan Nasdaq bertambah +0,44%.
Dari dalam negeri, IHSG pada penutupan akhir pekan di tutup melemah 36,497 poin (-0,79%) ke level 4.560,560, dengan investor asing mencatatkan sell sekitar Rp. 95 Milyar di pasar reguler. Pelemahan rupiah yang mencapai level Rp. 13.800/USD dan anjloknya Bursa China yang turun -5,48%, menjadi penyebab terkoreksinya IHSG di akhir pekan. Bursa Shanghai jatuh tajam karena berita penyelidikan oleh regulator otoritas pada perusahaan2 pialang besar terkait pelanggaran aturan memicu kepanikan pasar saham di negara tersebut. Sepanjang pekan kemaren, IHSG cenderung bergerak flat dengan melemah tipis -0,02%, namun investor asing malah membukukan net buy sekitar Rp. 350 milyar dipasar reguler.
Minimnya sentimen positif baik dari dalam dan luar negeri membuat IHSG terlihat bergerak maju mundur selama sepekan kemaren. IHSG sempat menguat di pertengahan pekan akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah, setelah jatuhnya pesawat Rusia lantaran ditembak oleh militer Turki, yang menyulut kenaikan harga minyak dan komoditas lainnya. Namun seiring waktu berjalan, ketegangan pun mereda sehingga harga komoditas kembali melemah dan pasar kembali kepada issue utama yaitu rencana bank sentral AS untuk menaikan suku bunga acuannya pada pertengahan bulan depan.
Pekan depan, merupakan minggu yang cukup berat dan padat , karena banyaknya data-data dan agenda penting yang akan dirilis baik dari dalam maupun luar negeri. Untuk minggu depan, investor menunggu data-data ekonomi domestik yang akan rilis awal bulan desember. Hari selasa tanggal 1 desember, pelaku pasar mencermati data manufacturing dan inflasi, dimana BI memproyeksikan laju inflasi pada November 2015 berada pada kisaran 0,2%. Sedangkan hari rabu akan dirilis data keyakinan konsumen. Selain itu, market juga menantikan pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid 7 yang diharapkan awal desember sudah selesai, setelah pemerintah melakukan pembahasan peraturan untuk 6 paket kebijakan ekonomi sebelumnya.
Sementara dari luar negeri, investor tengah menunggu data ketenagakerjaan AS penting yaitu non-farm payrolls dan unemployment rate bulan November yang akan rilis pada 4 Desember. Laporan ini sangat penting karena memuat data pekerjaan terakhir untuk tahun ini sebelum The Fed memutuskan suku bunga pada pertemuan 15-16 Desember. Data penting AS lainnya yang sedang dinanti pada pekan depan adalah data manufaktur dan trade balance. Sedangkan dari China, investor menunggu data manufaktur di awal pekan, yang akan menjelaskan kondisi ekonomi negara tersebut. Sementara itu dari Eropa, ECB dijadwalkan mengadakan pertemuan pada Kamis depan untuk membuat keputusan memperlonggar kebijakan moneternya.
Technically, IHSG melanjutkan konsolidasinya, dengan nyaris relatif tidak bergerak dibanding dengan penutupan minggu lalu. Indikator teknikal Stochastic bergerak uptrend memasuki area overbought. Sedangkan MACD masih bergerak mendatar diarea positif. Dari kondisi tersebut, mengindikasikan IHSG dalam jangka pendek masih cenderung bergerak sideways.
Akhir pekan kemaren, IHSG menguji area resisten down trend line dikisaran 4614, namun belum mampu melewatinya dan kembali bergerak turun. Ada peluang IHSG melanjutkan pelemahannya pada awal pekan besok. Support penting terdekat IHSG berada dikisaran 4508-4481. Jika gagal bertahan dari support tersebut, maka IHSG berpotensi melanjutkan pelemahannya dengan target menguji level 4395 lagi. Sementara untuk level resisten IHSG masih berada di 4614. Jika dapat dilewati maka IHSG akan menguji resisten 4696 lagi. Penembusan resisten 4696 dengan meyakinkan (break out dengan volume besar) akan membuat IHSG kembali uptrend.
Sinyalemen window dressing jelang akhir tahun yang biasanya dimulai dengan rally naik pada awal Desember, masih tersandera oleh rencana kenaikan Fed Rate. Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang semakin kuat mulai menggerus nilai tukar rupiah, jelang semakin dekatnya FOMC meeting. Semoga pelemahan rupiah yang biasanya diikuti oleh penurunan IHSG dapat tertahan oleh paket kebijakan ekonomi lanjutan yang katanya akan segera dirilis oleh pemerintah. Besok akhir bulan November merupakan batas terakhir dari rebalancing MSCI indeks. Biasanya akan ada banyak kejutan yang terjadi pada pembentukan harga saat closing, terutama pada saham-saham yang terkena rebalancing. Jadi hati-hati tradingnya dan siapkan bidikan pada saham-saham yang berfundamental bagus. Ehh.. siapa tahu dapat harga murah 🙂
Untuk sementara ini dulu yang bisa saya sampaikan dalam weekly strategic analysis pada pekan ini. Mengenai saham-saham apa saja yang menarik untuk di tradingkan dalam jangka pendek atau saham-saham apa yang dapat diakumulasi untuk menjadi investasi jika terjadi koreksi, akan diulas khusus di area member premium. Bagi anda yang berminat untuk memperoleh ulasan market outlook dan ide trading, serta ingin bergabung ke dalam group kami dengan menjadi member premium dari Step-trader.com, dapat melihat info lengkapnya pada bagian MEMBER REGISTRATION diatas.
Safe Trading, Good Luck & GBU Always
Leave a Reply