
Bursa AS berakhir mixed pada akhir pekan, seiring harga minyak dunia yang kembali tertekan dan rilis pendapatan emiten yang membebani penguatan Wall Street. Selain itu membaiknya data inflasi AS, meningkatkan kembali kekhawatiran akan prospek kenaikan suku bunga AS. Dow Jones melemah 21,44 poin (-0,13%) ke level 16,391.99, S&P 500 bergerak turun tipis 0,05 poin dan berakhir datar di level 1,917.78, sedangkan Nasdaq naik 16,89 poin (+0,38%) menjadi 4,504.43. Penguatan saham sektor teknologi berhasil mengimbangi penurunan saham sektor energi, yang disebabkan oleh penurunan harga minyak akibat meningkatnya stok minyak mentah AS. Namun demikian, Bursa Wall Street masih membukukan kinerja penguatan mingguan terbaik sepanjang tahun 2016, setelah pada rapat notulensi FOMC pertengahan pekan, para petinggi The Fed sepertinya mulai sepakat untuk menunda kenaikan suku bunganya, karena khawatir perlambatan ekonomi global ikut berimbas pada ekonomi AS. Sepanjang pekan lalu, Dow Jones berhasil naik +2,62%, S&P 500 menguat +2,84% dan Nasdaq bertambah +3,85%.
Dari dalam negeri, IHSG pada akhir pekan ditutup anjlok 81,234 poin (-1,70%) ke level 4.697,560, dengan investor asing mencatatkan jual bersih hingga Rp. 720 Milyar dipasar reguler. Berita pembatasan NIM (net interest margin) bank hingga hanya 4% membuat saham-saham perbankan terjun bebas, sehingga menekan IHSG meninggalkan level 4700. Koreksi tajam yang terjadi pada akhir pekan kemaren, membuat IHSG sepanjang pekan mengalami pelemahan -0,35%, dengan pemodal asing mencatatkan net sell sebesar Rp. 103 Milyar dalam sepekan.
Langkah positif BI yang menurunkan BI Rate pada tengah pekan lalu sebesar 25 bps menjadi 7% belum dapat mengangkat IHSG. Momentum positif tersebut hilang oleh rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang akan membatasi NIM bank maksimum di level 4 %, sehingga membuat saham-saham sektor perbankan rontok. Niatan OJK sebenarnya memang bagus, agar perbankan Indonesia dapat bersaing di regional Asia, khususnya dalam menghadapi MEA. Selain itu, jika NIM diturunkan berarti bunga pinjaman akan lebih murah. Hal ini tentu saja bagus, karena akan meningkatkan pinjaman untuk kredit usaha, kredit mobil/motor, KPR/KPA, karena semuanya juga akan jadi lebih murah.
Turunnya NIM bank juga akan membuat ekonomi tumbuh lebih cepat. Pengusaha jadi lebih berani pinjam modal di bank untuk mengembangkan usahanya karena dapat membayar bunga yang lebih sedikit. Akibatnya sektor riil lebih bertumbuh dan lapangan kerja juga bisa lebih bertambah. Belum lagi konsumsi yang dapat meningkat, karena orang bisa membeli motor/mobil dan rumah/apartemen dengan cicilan lebih ringan.
Seharusnya berita tersebut dapat membuat pelaku pasar untuk melakukan selective buying pada saham-saham otomotif, properti, consumer goods dan juga saham-saham industri yang akan diuntungkan oleh turunnya bunga kredit. Namun mengingat bobot perbankan sebagai sektor dengan kapitalisasi terbesar pada IHSG, maka penurunan tajam pada saham perbankan berdampak pada longsornya IHSG dan turut menyeret turun saham-saham lainnya. Tanpa sosialisasi dan belum jelasnya rencana OJK ini, membuat panik pelaku pasar sehingga melepas portfolionya, dan berpindah ke saham defensive seperti UNVR, HMSP atau GGRM. Selain itu rencana OJK tersebut dianggap terlalu cepat karena akan sangat sulit terpenuhi oleh bank-bank di Indonesia dalam waktu singkat, mengingat NIM perbankan yang rata-rata masih jauh di atas level 4 %.
Lalu bagaimana dengan prospek IHSG kedepan seiring dengan potensi menurunnya laba perbankan akibat kebijakan tersebut?
Kalau menurut pendapat saya pribadi, tidak perlu terlalu khawatir, karena:
- Toh dengan NIM diturunkan bank masih dapat membukukan laba, asalkan bank mau bekerja lebih kreatif dan efisien. Pangsa pasar yang didapatkan juga akan lebih besar karena akan lebih banyak kredit yang dapat disalurkan. Selain itu sumber dari pendapatan lain juga bisa lebih ditingkatkan seperti Fee Based Income. Pendapatan fee based income dapat dikembangkan dari jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan dari bank seperti LC (letter of credit), penjualan surat berharga atau produk2 investasi, dll. Disamping itu, penurunan NIM masih berupa wacana dari OJK yang tidak akan dilaksanakan besok atau sebulan kedepan. Bahkan Mentri BUMN juga meminta NIM bank BUMN dipangkas jadi 3%, namun dalam waktu 3 tahun (bukan bulan depan ataupun tahun depan). Selain itu, pasti ada sosialisasinya, ada insentif dan waktu untuk menerapkan kebijakan OJK tersebut.
- Kita bisa switch dulu saham perbankan ke saham-saham yang malah akan diuntungkan oleh penerapan kebijakan tersebut. Seperti yang saya sebutkan diatas, saham-saham otomotif, properti, industry dan consumer goods akan lebih diuntungkan dengan turunnya bunga kredit . Penurunan harga sahamnya kemaren hanyalah efek psikologis, karena ikut terseret oleh turunnya saham perbankan. Saya yakin dalam beberapa hari kedepan, akan mulai banyak analis dari sekuritas2 besar yang akan melakukan riset saham-saham sektor apa yang akan diuntungkan jika memang kebijakan pembatasan NIM bank sebesar 3-4% diberlakukan. Jika sudah keluar risetnya, maka saham2 yang tadinya tertekan turun akan kembali rebound.
Jadi santai saja dengan rencana OJK yang akan melakukan pembatasan NIM. Anggap saja itu sebagai peluang untuk mendapatkan saham-saham bagus diharga murah (diskon). Tugas kita sebagai trader ataupun investor hanya menunggu sampai sejauh mana diskon akan diberikan oleh market.
Sementara dari luar negeri, kondisi pasar saham dunia terlihat mulai sedikit stabil dan harga minyak dunia juga mulai terlihat berkonsolidasi. Setidaknya tidak terlihat akan turun lagi, karena upaya2 stimulus yang dilakukan oleh ECB, BOJ dan pemerintah China, serta pelonggaran kebijakan The Fed untuk tidak menaikan suku bunga dalam waktu dekat. Selain itu, mulai ada usaha dan pembicaran dari negara produsen minyak untuk mencari jalan keluar bagi minyak agar tidak turun lagi, membuat harga minyak terlihat mulai stabil dikisaran harga US$ 25-34/barrel. Kesimpulannya, dari ekternal pasar saham dunia masih berkonsolidasi dan berpotensi melanjutkan kenaikannya pada pekan ini.
Sesuai prediksi kami pekan lalu, IHSG berhasil melanjutkan kenaikan keatas level 4800 (tepatnya di 4.803,609 pada kamis lalu), namun akhirnya terkena profit taking seiring penurunan saham2 perbankan diakhir pekan. Technically, IHSG kembali berkonsolidasi dengan kecenderungan melemah setelah turun menembus support 4710. Koreksi IHSG saat ini tertahan oleh garis MA 200-nya. Jika koreksi berlanjut, maka IHSG akan menuju target pola double tops, yang juga merupakan support yang dulunya merupakan resisten konsolidasi IHSG sebelum ditembus keatas, yaitu di level 4620. Support ini akan menjadi support kuat IHSG untuk pekan ini. Sebaliknya, jika dapat kembali menguat keatas 4760, maka IHSG akan kembali menguji level 4800. Jadi untuk pekan ini, IHSG diperkirakan akan bergerak dikisaran 4620-4800. Indikator teknikal Stochastic yang telah death cross di area overbought, sedangkan kenaikan MACD yang mulai melambat dan berpeluang untuk death cross, mengindikasikan kecenderungan IHSG berkosolidasi dengan kecenderungan melemah dalam jangka pendek.
IHSG memang terlihat cenderung turun untuk jangka pendeknya, namun belum bearish, jadi nggak usah panik. Menurut saya, IHSG lebih condong kembali ke konsolidasinya. Untuk pekan ini tidak ada data ekonomi penting dari dalam negeri. Pelaku pasar masih menunggu rilis kinerja keuangan FY 2015 dari emiten, selain juga menunggu kebijakan ekonomi lanjutan dari pemerintah.
Sementara dari luar negeri, data ekonomi yang dianggap penting dan dicermati oleh pelaku pasar adalah:
- Hari Senin rilis data Manufakturing PMI Jerman: sebagai negara terbesar di Eropa, data ini dianggap penting karena menujadi acuan kondisi ekonomi zona Euro.
- Hari Selasa rilis data iklim bisnis Jerman
- Hari Rabu rilis stock inventory minyak AS: dapat berpengaruh pada harga minyak dunia.
- Hari Kamis rilis data klaim pengangguran dan data durable goods orders AS, serta data consumer confident Jerman.
- Hari Jum’at rilis data GDP AS, data Kepercayaan Konsumen dan kepercayaan bisnis Zona Euro, serta data indeks harga perumahan China.
Untuk sementara ini dulu yang bisa saya sampaikan dalam weekly strategic analysis pada pekan ini. Jangan lupa untuk selalu kontrol resiko dan disiplin dengan trading plans yang telah dibuat. Untuk trader, tetap lakukan safe trading, sementara bagi investor dapat melakukan akumulasi pada saham-saham yang berkinerja bagus tapi harganya terdiskon turun.
Bagi anda yang berminat untuk memperoleh ulasan market outlook dan ide trading, serta ingin bergabung ke dalam group kami dengan menjadi member premium dari Step-trader.com, dapat melihat info lengkapnya pada bagian MEMBER REGISTRATION diatas. Mengenai saham-saham apa saja yang menarik untuk di tradingkan dalam jangka pendek atau saham-saham apa yang dapat diakumulasi untuk menjadi investasi jika terjadi koreksi, akan diulas khusus di area member premium.
Safe Trading, Good Luck & GBU Always
Leave a Reply