Trend Kenaikan IHSG Telah Patah, What Next??

Setelah IHSG mencapai rekor tertinggi sepanjang masanya di 5.062,673 pada hari Rabu (1 Mei 2013) lalu, maka pada hari Kamis dan Jum’at-nya IHSG tiba-tiba mengalami tekanan jual hebat (turun -135,43 poin dalam 2 hari) dan ditutup di level 4.925,482 pada akhir pekan kemaren. Penurunan IHSG ini terjadi setelah pada tangal 2 Mei 2013 lalu, Lembaga Pemeringkat S&P merevisi outlook peringkat utang Indonesia, dari positif menjadi stabil. Alasannya defisit neraca perdagangan dan meningkatnya utang luar negeri swasta maupun besarnya subsidi yang ditanggung oleh pemerintah terus membebani fiskal Indonesia. Penurunan peringkat utang Indonesia ini membuat kondisi perekonomian nasional menjadi suram, khususnya indeks bursa kita. Hal ini terlihat dari net sell yang dilakukan oleh pemodal Asing dalam 2 hari terakhir mencapai diatas Rp 1,1 Triliun di pasar reguler.

Akibat plin-plannya dan kegalauan Pemerintah (dalam hal ini Presiden) untuk menentukan arah kebijakan BBM, apakah akan dinaikan, berapa besaran dan kapan waktunya, membuat arah market menjadi tidak pasti. Ketidakpastian market ini biasanya direspon negatif oleh pelaku pasar. Mereka lebih memilih untuk wait & see hingga pemerintah mengumumkan arah kebijakan mengenai BBM tersebut dengan jelas. Lalu bagaimana kita seharusnya menyikapi hal ini?

Sebenarnya revisi outlook peringkat bukanlah ‘A BIG Problems’, karena sentimennya tidak seperti ‘downgrade peringkat hutang”, sebab sovereign credit rating Indonesia masih pada level BB+ untuk long term atau satu tingkat dibawah investment grade. Itu adalah versi S&P, sedangkan untuk lembaga lainnya, seperti Moody’s (Baa3, sejak Januari 2012), Fitch Ratings (BBB-, sejak Desember 2011) dan Japan Rating Credit Agency (BBB-, sejak Juli 2010) masih memberikan label investment grade pada Indonesia, setidaknya belum diubah. Apalagi penurunan IHSG ini terjadi ditengah “lucu-lucu”nya penguatan Bursa Saham Global. Bursa saham Eropa dan sebagian Asia sedang hijau-hijaunya, bahkan Bursa AS (Dow Jones dan S&P 500) malah berhasil mencetak rekor harga baru sepanjang sejarahnya pada akhir pekan kemaren. Sentimen positif dari langkah Bank-bank Sentral Global yang terus mengelontorkan stimulus dengan membuat kebijakan yang positif dan pro-market membuat Bursa Global masih tetap menguat. Penurunan suku bunga di Eropa oleh ECB dan komitmen The Fed untuk terus melakukan program pembelian obligasi serta kebijakan BOJ untuk melakukan pembelian obligasi secara tidak terbatas hingga target inflasi 2% bisa tercapai masih menjadi sentimen positif bagi Bursa Global.

Dengan adanya komitmen dari Bank-bank Sentral Dunia tersebut, maka resiko pada market global juga telah turun, atau setidaknya belum ada hal2 yang mengkhawatirkan lagi terutama dari Eropa. Dari dalam negeri sendiri, diperkirakan revisi peringkat utang kita juga bersifat sementara, karena pada akhirnya pemerintah juga pasti akan menaikan harga BBM, cuma waktu dan besarannya saja yang belum diketahui. Terlebih lagi jika kita ingat2 lagi kejadian pada tahun 2012 lalu, ketika S&P batal memberikan peringkat investment grade pasca kegagalan pemerintah menaikkan BBM Subsidi. IHSG saat itu juga mengalami koreksi, tetapi akhirnya mampu naik dan mencetak rekor tertingginya kembali.

Namun walaupun demikian, kekhawatiran akan berlanjutnya koreksi akibat sentimen negatif dari S&P ini masih ada. Setidaknya jika kita melihat chart dari IHSG sendiri yang menunjukkan bahwa trend kenaikan IHSG telah patah. Secara short term, IHSG telah bearish dengan jebolnya support indeks di 4960. Technically IHSG masih dapat melanjutkan koreksinya hingga kisaran level 4850-4890 sebagai support selanjutnya. Jika level ini masih dapat ditembus, maka support berikutnya berada di kisaran level 4720-4750, yang diperkirakan akan menjadi tahanan cukup kuat untuk menahan koreksi IHSG lebih lanjut. Indikator teknikal yang juga bergerak negatif, menunjukkan kecenderungan IHSG untuk melanjutkan koreksinya. Stochastic bergerak turun dengan keluar dari overbought area. Sedangkan MACD yang telah menunjukkan pola divergence negatif sejak bulan Maret lalu, saat ini telah death cross dan bergerak downtrend.

2013May05-COMPOSITE-800x633

IHSG akan kembali bergerak positif, hanya jika mampu kembali closing diatas level 4985. Dengan penutupan Dow Jones yang naik menembus level tertingginya pada akhir pekan kemaren, diharapkan Senin besok dapat memperlambat penurunan IHSG untuk turun lebih lanjut. Semoga saja…

Kesimpulannya: Selama IHSG gagal kembali naik diatas level 4985, maka sentimennya masih negatif dalam jangka pendek. Apalagi jika investor asing masih gencar melakukan aksi jual dengan mencatatkan net sell. Namun jika pelemahan IHSG masih berlanjut hingga level 4720-4750, nantinya akan menjadi level yang cukup menarik untuk melakukan spekulasi buy secara teknikal, tentu saja sambil melihat perkembangan sentimen2 yang ada lebih lanjut, baik dari dalam maupun luar negeri. Tetap disiplin dengan trading plans yang telah dibuat dan lakukan money management dengan baik.

Good Luck & GBU ALL..

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*