Waspadai Berlanjutnya Net Sell Asing

Wall Street menutup perdagangan akhir pekan kemaren dengan penguatan dan mengakhiri penurunan selama 5 hari beruntun, seiring dengan reboundnya harga minyak dunia ke level $ 48,69/barel dan positifnya data ekonomi yang dirilis, seperti menguatnya data Consumer Sentiment dan naiknya data Factory Output. Dow Jones ditutup naik 190,86 poin (+1,10%) menjadi 17.511,57, S&P 500 menguat 26,75 poin (+1,34%) menjadi 2.019,42 dan Nasdaq melonjak 63,56 poin (+1,39%) menjadi 4.634,38. Namun dalam sepekan, Bursa Saham AS masih mencatatkan penurunan untuk 3 pekan berturut-turut, seiring dengan diturunkannya pertumbuhan ekonomi global oleh World Bank. Sepanjang pekan lalu, Dow Jones melemah -1,27%, S&P 500 turun -1,24%, dan Nasdaq merosot -1,48%.

Lemahnya harga minyak mentah dunia dan berjatuhannya harga-harga komoditas utama dikhawatirkan menggerus pertumbuhan ekonomi global. Faktor inilah yang menjadi sentimen utama penurunan Bursa Global dan Regional sepanjang pekan lalu. IHSG pun tidak luput dari sentimen negatif tersebut, sehingga di tutup turun 40,333 poin (-0,78%) ke level 5.148,379 pada akhir pekan. Investor asing masih melepas portfolionya dengan mencatatkan net sell sebesar Rp. 357 milyar di pasar regular. Dengan penurunan di akhir pekan, maka sepanjang pekan kemaren IHSG tercatat mengalami pelemahan sebesar -1,3%, dengan pemodal asing membukukan net sell selama sepekan sebesar Rp. 1, 7 triliun di pasar reguler.

Sedikit review perdagangan akhir pekan kemaren, IHSG sempat memuncak di atas level 5200 dengan mengalami rally naik hingga mencapai high di 5204 setelah sesi-2 dibuka. Namun setelah pemerintah mengumumkan penurunan harga BBM dan disertai berita penurunan harga semen per sak sebesar Rp. 3000,-, membuat saham-saham semen yg semula sedang diakumulasi oleh ASING, menjadi trigger pendorong turunnya IHSG hingga ditutup di posisi terendahnya di level 5148. Anjloknya IHSG dalam 1,5 jam perdagangan sebelum close lebih disebabkan oleh aksi panik jual berlebihan saham semen papan atas seperti SMGR dan INTP, yang kemudian diikuti oleh aksi profit taking saham perbankan papan atas seperti BBRI, BMRI dan BBNI, seiring kekhawatiran investor akan dikuranginya dividen bank-bank pelat merah oleh pemerintah demi memperkuat struktur permodalan.

Namun jika kita amati penurunan yang terjadi di pada akhir pekan kemaren, tampak volume perdagangan yang kecil, maka seharusnya di hari senin besok, IHSG dapat kembali menguat. Apalagi merujuk pada reboundnya Bursa Wall Street dan Eropa yang rata-rata diatas +1%, serta naiknya EIDO sebesar +0,72% pada penutupan perdagangan akhir pekan kemaren, dapat menjadi katalis positif reboundnya IHSG diawal pembukaan perdagangan besok senin.

Lalu bagaimana dengan kepanikan jual pada saham-saham sektor semen, apakah akan berlanjut pada awal perdagangan besok? Saya sendiri belum tahu. Saya masih menunggu RISET beberapa sekuritas asing terkait seberapa besar efek penurunan harga semen terhadap kinerja emiten semen. Bila efeknya tidak seberapa, berarti pelemahan hanya faktor kepanikan sesaat dan kemungkinan akan kembali rebound dalam waktu dekat.

Saya sendiri hanya mengambil sikap positifnya saja. Penurunan harga semen saya pikir akan memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan nasional, khususnya rencana pemerintah dalam menggenjot berbagai pembangunan infrastruktur yang telah disiapkan. Sehingga sebagai dampaknya akan berimbas positif bagi saham-saham sektor infrastruktur, konstruksi dan properti.

Namun satu hal yang membuat saya waspada adalah terus keluarnya dana asing. Hal ini membuat IHSG kesulitan untuk menembus level tertingginya sepanjang masa di level 5.262,568 yang pernah dicapai pada bulan September tahun lalu. Bahkan sepanjang pekan kemaren, net sell investor asing terjadi setiap hari tanpa ada satu hari pun tercatat melakukan posisi net buy. Kejadian ini membuat potensi koreksi IHSG terlihat jauh lebih besar dari pada peluang untuk menembus level tertingginya.

“Selama aksi penjualan oleh asing terus terjadi maka kecil kemungkinan IHSG akan memiliki tenaga untuk menembus rekor tertingginya”

Dari aspek teknikal, penembusan support IHSG di 5169 membuka potensi penurunan IHSG menuju gap bawah di kisaran 5125-5113. Indikator teknikal Stochastic yang bergerak turun, sedangkan MACD yang death cross dan mulai melemah, mengindikasikan kecenderungan indeks untuk bergerak negatif. Waspadai jika IHSG gagal bertahan diatas level 5100, karena IHSG berpotensi untuk mengakhiri trend naik jangka menengahnya. Untuk besok senin, kisaran gap 5125-5113 akan menjadi level supportnya, sedangkan untuk level resisten diperkirakan berada di 5198.

18Jan15-IHSG

Untuk awal pekan besok potensi rebound cukup terbuka, seiring dengan reboundnya bursa global pada akhir pekan lalu. Namun waspadai jika kenaikan besok senin masih terus disertai dengan keluarnya dana asing, karena bisa jadi pada hari selasa IHSG akan kembali tertekan turun.

Dari saham-saham Blue Chip yang saya amati, saham ASII terlihat mulai bergerak positif menuju area resisten 7400-7475, kemungkinan karena imbas dari diturunkannya BBM. Selain itu saham UNVR sebagai saham defensive juga terlihat bergerak positif, dengan indikasi menuju ke area 34.500. Untuk saham perbankan, khususnya 4 bank besar (BBRI, BMRI, BBNI dan BBCA) indikator masih menunjukan pelemahan. Demikian juga dengan saham-saham konstruksi, penguatan lebih lanjut terlihat mulai berat dan lebih terbuka potensi berlanjutnya profit taking. Walaupun demikian pada beberapa saham property indikasi penguatan masih terbuka.

Selengkapnya mengenai saham-saham apa saja yang menarik dan berpotensi untuk memberikan profit akan diulas khusus di area member premium. Bagi anda yang berminat untuk memperoleh ide trading dan ingin mengkonsultasikan portfolio anda, maka segera bergabunglah ke dalam group kami dengan menjadi member premium dari Step-trader.com. Untuk info selengkapnya dapat melihatnya pada bagian MEMBER REGISTRATION diatas.

Save Trading, Good Luck & GBU Always

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*