Kondisi Overbought, IHSG Berpotensi Alami Koreksi Wajar

Mayoritas saham di AS ditutup di zona merah pada perdagangan akhir pekan kemaren. Koreksi ini dipicu oleh pertumbuhan ekonomi AS yang tumbuh lebih rendah pada kuartal empat 2014. PDB Q4/2014 AS hanya naik 2,2%, lebih rendah dari estimasi semula sebesar 2,6% dan turun dari pertumbuhan kwartal sebelumnya sebesar 5%. Dow Jones tercatat melemah 81,72 poin (-0,45%) ke level 18.132,70, S&P500 turun 6,24 poin (-0,30%) ke level 2.104,50 dan Nasdaq terkoreksi 24,36 poin (-0,49%) ke level 4.963,53. Sepanjang pekan kemaren, Dow Jones mengalami penurunan tipis sebesar -0,04%, S&P 500 berkurang -0,27% namun Nasdaq berhasil membukukan penguatan +0,15%.

Dari dalam negeri, IHSG menutup perdagangan pekan kemaren dengan turun tipis 1,128 poin (-0,02%) menjadi 5.450,294, dimana investor asing tercatat melakukan net buy sebesar Rp 114 milyar dipasar reguler. Membaiknya kinerja laporan keuangan emiten FY 2014 dan terus mengalirnya arus modal asing sepanjang pekan lalu sebesar Rp. 1,872 triliun, membuat IHSG mengalami kenaikan dalam sepekan sebesar +0,93%, yang merupakan kenaikan dalam 4 pekan berturut-turut. Sementara itu, sepanjang bulan Februari 2015 IHSG tercatat menguat +3,04%, dengan total modal asing yang masuk sekitar Rp. 10,5 triliun dalam sebulan.

Faktor kondusifnya ekonomi global, yang ditopang oleh kebijakan-kebijakan bank sentral dengan memberikan stimulus baik moneter maupun fiskal masih menjadi pendorong naiknya bursa saham global. Testimony ketua The Fed, Janet Yellen yang mengatakan masih harus bersabar untuk menaikkan suku bunga AS, serta diturunkannya BI Rate di bulan Februari sebesar 25 bps menjadi 7,5% dan rilis kinerja keuangan emiten FY 2014 yang rata-rata bagus, membuat IHSG terus membukukan rekor harga tertinggi barunya sepanjang bulan Februari.

Akan tetapi pada akhir pekan kemaren, IHSG berakhir melemah tipis setelah 6 hari berturut-turut mencetak rekor tertinggi baru. Kenaikan IHSG berturut-turut dalam sepekan terakhir, membuat IHSG mengalami kondisi overbought atau jenuh beli harian, sehingga memicu aksi ambil untung yang dilakukan investor pada akhir pekan kemaren. Selain itu faktor melemahnya Rupiah terhadap dolar AS yang nyaris menyentuh kisaran Rp 13.000 menjadai alasan pelaku pasar untuk melakukan profit taking. Data Reuters pada Jum’at akhir pekan, nilai tukar Rupiah terhadap USD ditutup di level 12.925/US$, melemah dibandingkan saat pembukaan pasar di Rp 12.850/US$.

Seperti biasa, memasuki awal bulan Maret, investor akan mencermati data-data ekonomi terbaru. Bank Indonesia memprediksi pada Februari 2015 akan terjadi deflasi sebesar 0,2%. Sementara neraca perdagangan Indonesia Januari 2015 mengalami surplus sebesar USD 710 juta. Dengan posisi nilai tukar Rupiah terhadap US$ yang mendekati Rp 13.000, maka jika data ekonomi yang dirilis tidak sesuai dengan ekspektasi, akan membuat Rupiah semakin melemah dan akan berdampak negatif bagi IHSG.

Dari aspek teknikal, walaupun di tutup melemah tipis, namun IHSG masih mengukir rekor harga intraday terbaru di 5.464,219, sehingga technically IHSG masih uptrend. Dari indikator teknikal terlihat mulai bergerak mixed, dimana Stochastic mulai death cross diarea overbought, sedangkan MACD masih bergerak naik diatas centerline. Walaupun belum ada tanda-tanda pembalikan arah, tapi waspadai aksi profit taking dalam jangka pendek. Perkiraan saya untuk pekan depan, IHSG akan bergerak sideways cenderung melemah. Kalaupun turun, saya pikir masih merupakan koreksi wajar, selama IHSG berada diatas gap 5342-5372. Untuk sepekan kedepan, IHSG diperkirakan akan bergerak dikisaran 5351-5493. Sedangkan untuk hari Senin, IHSG diperkirakan akan bergerak dengan level support di 5425, sedangkan resistennya berada di 5465.

01Mar15-IHSG

Mengingat kondisi harian IHSG yang telah overbought, maka pelaku pasar diperkirakan akan menunggu terjadinya koreksi minor untuk meredakan keadaan jenuh beli saat ini, guna melakukan akumulasi kembali. Dari saham2 Blue chip yang saya amati, sinyal reversal pembalikan arah mulai terlihat pada ASII, TLKM dan BBRI, walaupun secara umum trend saham2 tersebut masih positif (naik). Cermati level support2nya untuk melakukan BOW. Untuk ASII di 7475, TLKM di kisaran 2880, sedangkan BBRI di bawah 12.500 sudah cukup menarik untuk dilakukan akumulasi buy.

Untuk saham perbankan lainnya, BBCA dan BMRI terlihat berkonsolidasi, sedangkan BBNI cenderung melemah kearah gap bawah 6700-6750. Saham2 konstruksi terlihat berkonsolidasi, masih menunggu sinyal arah yang lebih jelas. Sementara itu saham2 properti masih terlihat bergerak mixed. Sektor yang terlihat mulai akan bergerak menguat adalah saham2 sektor CPO, dimana tanda-tanda teknikal rebound mulai terlihat.

Sementara ini dulu yang bisa saya sampaikan dalam weekly strategic analysis untuk pekan ini. Mengenai detail support dan resisten, serta target dari saham-saham yang menarik untuk diakumulasi akan diulas khusus di area member premium. Bagi anda yang berminat untuk memperoleh ide trading dan ingin mengkonsultasikan portfolio anda, maka segera bergabunglah ke dalam group kami dengan menjadi member premium dari Step-trader.com. Untuk info selengkapnya dapat melihatnya pada bagian MEMBER REGISTRATION diatas.

Save Trading, Good Luck & GBU Always

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*