
Pasar saham AS di tutup naik tajam pada akhir pekan kemaren, setelah data laporan ketenagakerjaan yang dirilis positif. Ekonomi AS melaporkan telah menambahkan 223.000 pekerjaan selama bulan April dan pengangguran turun ke tingkat terendah 7 tahun di level 5,4%. Dow Jones melompat 267,05 poin (+1,49%) ke level 18.191,11, S&P 500 naik 28,10 poin (+1,35%) menjadi 2.116,10 dan Nasdaq menguat 58,0 poin (+1,17%) di level 5,003.55. Selain data ketenaga kerjaan yang positif, indeks manufaktur serta factory orders yang mengalami kenaikan direspons positif oleh pelaku pasar, membuat sebagian besar Bursa AS menguat sepanjang pekan lalu. Dalam sepekan kemaren, Dow Jones mengalami kenaikan sebesar +0,93%, S&P 500 menguat +0,37%, hanya Nasdaq yang cenderung flat dengan turun tipis -0,04%.
Sementara itu dari dalam negeri, IHSG berhasil di tutup menguat 31,727 poin (+0,62%) ke level 5.182,213 pada akhir pekan kemaren. Namun kenaikan ini belum disertai dengan masuknya aliran dana asing. Tercatat investor asing malah keluar dari lantai bursa dengan mencatatkan net sell sebesar Rp. 111 miliar di pasar reguler. Dengan kenaikan di akhir pekan, maka IHSG tercatat mengalami rebound dengan penguatan sebesar +1,9% sepanjang pekan lalu, setelah koreksi tajam -6,4% yang dialami sepekan sebelumnya. Dalam sepekan, investor asing juga masih tercatat melakukan net sell sebesar Rp. 587 milyar di pasar regular.
Masih terus mengalirnya dana asing yang keluar dari market diduga disebabkan oleh memburuknya data ekonomi Indonesia. Sepanjang pekan lalu, data ekonomi yang dirilis kurang begitu menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang kuartal I-2015 melambat dan hanya tumbuh 4,71%. Inflasi pada bulan April 2015 tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,36%. Yang terakhir dirilis pada akhir pekan, cadangan devisa Indonesia bulan April 2015 tercatat sebesar US$ 110,9 miliar, turun dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar US$ 111,6 miliar.
Mundurnya perekonomian Indonesia juga menyebabkan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap US dolar. Rupiah tercatat melemah dan bertengger diatas level 13.000/USD sepanjang pekan kemaren. Selain buruknya data ekonomi, pelemahan Rupiah juga disebabkan oleh pernyataan Wapres Jusuf Kalla, yang membuka peluang akan adanya penurunan suku bunga BI Rate, setelah melihat ekonomi Indonesia yang tumbuh melambat.
Mulai adanya aksi beli sepanjang pekan kemarin, membuat IHSG dapat secara bertahap rebound dan bergerak naik, meskipun masih dibayang-bayangi oleh tekanan jual. Walaupun IHSG terlihat mulai pulih dari koreksi tajam yang dialami pada 2 pekan lalu, namun secara teknikal, rebound tersebut belumlah cukup kuat dan mengkonfirmasi akan adanya pembalikan arah ke trend bullish kembali. IHSG baru dapat dikatakan kembali ke dalam trend bullish lagi jika dapat melewati level 5350. Selama masih di bawah level tersebut, maka rebound yang terjadi hanyalah merupakan sebuah teknikal rebound saja atau dalam istilah analisa teknikal disebut “dead cat bounce”.
Untuk pekan depan, IHSG berpeluang menguat di awal pekan. Penguatan tajam Bursa Eropa dan AS pada akhir pekan, yang didorong oleh spekulasi bahwa The Fed tidak akan menaikan suku bunganya hingga paling cepat bulan September, akan menjadi katalis pendorong bagi kenaikan Bursa Regional dan IHSG di awal pekan besok. Technically untuk besok senin, IHSG berpeluang menguji level MA 200 nya di 5214 sebagai resistennya. Sedangkan untuk level supportnya diperkirakan berada di 5156. Indikator teknikal bergerak mixed, dimana Stochastic bergerak naik namun mulai melambat, sedangkan penurunan MACD yang mulai melandai dengan histogram memendek di bawah centreline, mengindikasikan bahwa indeks masih berkonsolidasi. Sementara itu untuk sepekan kedepan IHSG diperkirakan akan bergerak dalam rentang 5107-5250.
Sekali lagi, meskipun IHSG berpotensi untuk menguat pada awal pekan, namun secara teknikal kondisi IHSG masih rawan koreksi. Untuk itu pelaku pasar sebaiknya tetap waspada, terutama jika investor asing masih melakukan aksi jual secara agresif. Gunakan kesempatan kenaikan ini sebagai peluang untuk melakukan profit taking bagi yang baru punya posisi. Atau bagi yang masih nyangkut, manfaatkan kondisi rebound ini untuk keluar dari market, sambil mengupayakan menjaga posisi Cash minimal sebesar 50% dari modal, sebagai antisipasi jika benar2 terjadi dead cat bounce.
Dari saham-saham yang saya amati, tekanan jual terlihat pada saham2 sektor properti, terkait pengenaan pajak PPnBM oleh pemerintah atas properti dengan ukuran dan harga tertentu. Beberapa saham properti saat ini berada di level kritis dari support2nya seperti BSDE, PWON, CTRP dan APLN. Waspadai jika support tersebut ditembus kebawah. Sementara saham perbankan, semen dan konstruksi terlihat berkonsolidasi. Walaupun berpotensi untuk melanjutkan penguatannya, namun diperkirakan hanya merupakan lanjutan rebound terbatas dari koreksi dalam sebelumnya.
Untuk sementara ini dulu yang bisa saya sampaikan dalam weekly strategic analysis untuk pekan ini. Mengenai detail support dan resisten, serta target dari saham-saham yang menarik untuk di tradingkan dalam jangka pendek, akan diulas khusus di area member premium. Bagi anda yang berminat untuk memperoleh ide trading dan ingin mengkonsultasikan portfolio anda, maka segera bergabunglah ke dalam group kami dengan menjadi member premium dari Step-trader.com. Untuk info selengkapnya dapat melihatnya pada bagian MEMBER REGISTRATION diatas.
Save Trading, Good Luck & GBU Always
Leave a Reply