
Bursa saham Wall Street kembali tertekan, dipicu oleh turunnya harga minyak ke level US$ 29/barel dan ketakutan akan perlambatan ekonomi China. Turunnya saham sektor energi dan melemahnya data ekonomi AS seperti penjualan ritel dan aktivitas industri di Desember 2015, membawa Dow Jones jatuh 390,97 poin (-2,39%) ke level 15.988,08, S&P 500 turun 41,51 poin (-2,16%) menjadi 1.880,33 dan Nasdaq anjlok 126,59 poin (-2,74%) ke 4.488,42. Sepanjang pekan lalu, Dow Jones turun -2,19%, S&P 500 melemah -2,17%, dan Nasdaq terpangkas -3,34%.
Dari dalam negeri, IHSG ditutup naik 10,795 poin (+0,24%) ke 4.523,976, dengan investor asing membukukan net sell sebesar Rp. 266 miliar dipasar reguler pada akhir pekan. Kenaikan ini seolah membuktikan jika teror bom di Sarinah, Jakarta yang terjadi sehari sebelumnya tidak berdampak terhadap IHSG. Namun sentimen negatif yang datang dari bursa global membuat IHSG melemah -0,49% sepanjang pekan lalu, dengan disertai aliran modal asing yang keluar dari bursa sebesar Rp. 1,25 triliun.
Bukan masalah bom Sarinah yang ditakutkan oleh pelaku pasar, tapi kekhawatiran akan jatuhnya pasar saham global yang diakibatkan oleh penurunan harga minyak dan kekhawatiran investor terhadap perlambatan ekonomi China, sepertinya lebih menakutkan dan dapat menyeret IHSG untuk ikutan turun. Akhir pekan kemaren, harga minyak dunia kembali anjlok hingga -6% dan makin menjauhi level US$ 30/barel. Sejak awal tahun, harga minyak sudah terpangkas -20% lebih dan mencatat rekor terendah sejak 12 tahun terakhir.
Masalah oversupply yang belum terpecahkan, ditambah kekhawatiran akan semakin melimpahnya pasokan global jelang pencabutan sanksi ekonomi Iran, menjadikan harga minyak makin terpuruk. Jika hal ini terus berlanjut, maka pasar melihatnya ada kemungkinan akan terjadinya resesi global sebagai akibat potensi pukulan terburuk dari kredit-kredit macet yang terkait perusahaan minyak apabila harga minyak jatuh lebih jauh. Selain itu investor masih mengkhawatirkan kemampuan pemerintah China dalam mengatasi gejolak ekonominya. Guncangan ekonomi dari China sejak awal tahun yang membuat pemerintahnya untuk melakukan devaluasi terhadap nilai Yuan memberi dampak negatif pada market dunia.
Penurunan harga minyak memang belum keliatan dimana bottomnya. Beberapa analis memperkirakan kalau minyak bisa jatuh ke level US$20/barrel. Selama harga minyak belum bottoming, bursa global masih akan bergejolak. Namun demikian tekanan jual bursa global diperkirakan akan mulai mereda pada pekan ini. Sejak dari awal perdagangan tahun 2016 dimulai, minyak sudah jatuh -20% lebih, Dow Jones sudah kehilangan lebih dari 1.400 poin atau turun -8% dan S&P500 juga turun hampir -8%, demikian juga Bursa Shanghai telah merosot -18% lebih. Kondisi oversold akibat tekanan jual yang besar dalam waktu yang terlalu cepat dapat membuka peluang terjadinya technical rebound pada pekan ini.
Untuk pekan ini, tidak ada data dari dalam negeri yang akan dirilis. Hanya lanjutan dari paket kebijakan ekonomi pemerintah yang dinanti oleh pelaku pasar. Jadi sentimen pekan ini murni dari ekternal. Dari China, investor menunggu rilis data pertumbuhan ekonomi/GDP tahun 2015 yang diperkirakan akan turun ke level 6,8%, bersama data lainnya seperti industrial production dan penjualan ritel yang juga akan dirilis pada hari Selasa. Sedangkan Bursa AS libur pada hari Senin memperingati hari Martin Luther King. Data penting yang ditunggu dari AS adalah data inflasi pada hari rabu, data klaim pengangguran pada hari kamis dan data penjualan perumahan pada hari jum’at. Sementara dari Eropa, data manufaktur Jerman hari jum’at dinantikan oleh investor karena penting menunjukan kegiatan ekonomi di zona area tersebut.
Data ekonomi ekternal yang paling ditunggu pekan ini oleh pelaku pasar adalah data GDP China. Data ini berpotensi menggerakkan pasar saham global dengan cukup kuat, baik ke atas ataupun ke bawah. Sementara pelemahan harga minyak dunia menjadikan target inflasi AS sulit tercapai. Jika harga minyak terus melemah, maka target inflasi AS sebesar 2% tidak akan terjadi, sehingga kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga pada FOMC meeting terdekat tanggal 27-28 Januari 2016 sepertinya tidak akan terjadi.
Technically, IHSG terlihat masih bergerak sideways dengan support dikisaran 4330-4409, sedangkan resistennya berada di 4639-4696. Selama belum keluar dari area support maupun resistennya tersebut, trend pergerakan IHSG belum akan berubah. Indikator teknikal Stochastic telah golden cross, sementara MACD bergerak mendatar diatas centreline. Dari indikasi ini dapat disimpulkan bahwa IHSG masih dalam trend sideways jangka pendeknya.
Memang dari sejak awal memulai tahun 2016 hingga pertengahan bulan pertama ini, pasar saham dunia terus berguguran. Baik pasar saham China, sebagian besar bursa Asia dan Eropa maupun AS telah mulai memasuki kedalam trend bearish. Sementara IHSG masih terus bertahan pada pola sidewaysnya yang terbentuk sejak Oktober tahun lalu. Tapi jika bursa saham global terus-menerus melanjutkan kejatuhannya, mau tidak mau IHSG pasti akan terkena dampaknya.
Saya sendiri masih percaya kalau ekonomi Indonesia akan mulai membaik tahun ini, sehingga koreksi IHSG tidak akan separah bursa global. Potensi penurunan harga BBM, turunnya BI rate lebih lanjut, dan paket kebijakan ekonomi yang terus bergulir, serta upaya pembangunan infrastruktur yang terus digenjot, masih menciptakan harapan akan ekonomi Indonesia. Tapi walaupun demikian, sebaiknya kita harus tetap hati-hati, dan berjaga-jaga akan kondisi ekternal yang lebih buruk. Akan lebih bijaksana jika kita melakukan wait and see sambil menunggu sampai suasana pasar global menjadi jauh lebih kondusif.
Bagi trader, tetap disarankan untuk berhati-hati dalam menyiapkan pola trading jangka pendeknya. Jangan lupa untuk selalu kontrol resiko dan disiplin dengan trading plans yang telah dibuat. Keep safe trading !! Sementara bagi investor, masih bisa melakukan akumulasi beli bertahap jika terjadi koreksi tajam, terutama pada saham-saham yang masih memiliki prospek dan kinerja bagus.
Untuk sementara ini dulu yang bisa saya sampaikan dalam weekly strategic analysis pada pekan ini. Mengenai saham-saham apa saja yang menarik untuk di tradingkan dalam jangka pendek atau saham-saham apa yang dapat diakumulasi untuk menjadi investasi jika terjadi koreksi, akan diulas khusus di area member premium. Bagi anda yang berminat untuk memperoleh ulasan market outlook dan ide trading, serta ingin bergabung ke dalam group kami dengan menjadi member premium dari Step-trader.com, dapat melihat info lengkapnya pada bagian MEMBER REGISTRATION diatas.
Safe Trading, Good Luck & GBU Always
Leave a Reply