MARKET OUTLOOK 2018

Bursa Wall Street melemah pada penutupan perdagangan akhir pekan yang merupakan perdagangan terakhir tahun 2017. Aksi profit taking pada saham-saham di sektor keuangan dan teknologi menjadi pemicu pelemahan bursa saham AS. Dow Jones ditutup turun 118,29 poin (-0,48%) ke level 24.719,22, S&P 500 kehilangan 13,93 poin (-0,52%) menjadi 2.673,61 dan Nasdaq melemah 46,77 poin (-0,67%) menjadi 6.903,39. Sepanjang pekan terakhir di tahun 2017, Bursa AS melemah dengan Dow Jones turun -0,14%, S&P 500 berkurang -0,36% dan Nasdaq merosot -0,81%. Walaupun melemah di pekan terakhir tahun ini, namun sejatinya Bursa Saham AS mencatatkan kinerja tahunan terbaik di pasar modal sejak 2013. Beberapa kali Wall Street mencatatkan rekor tertinggi yang dihasilkan dari kombinasi pertumbuhan ekonomi yang kuat, kinerja perusahaan yang solid dan juga harapan akan pemotongan pungutan pajak, baik untuk korporasi atau perorangan sesuai dengan janji kampanye Presiden Donald Trump pada pemilu tahun 2016 lalu. Sepanjang tahun 2017 ini, bursa saham AS mencatatkan kinerja yang baik, dengan Dow Jones menguat +25,2%, S&P 500 meningkat +19,5%  dan Nasdaq melonjak +28,2%.

Sementara dari dalam negeri, pada penutupan perdagangan hari terakhir tahun 2017, IHSG kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa dengan ditutup menguat 41,608 poin (+0,66%) pada level 6.355,654. Investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp. 473 Milyar di pasar reguler. Dalam sepekan yang hanya berlangsung 4 hari perdagangan, IHSG berhasil menguat cukup tajam +4,03%, dengan investor asing tercatat membukukan net buy sekitar Rp. 1,27 triliun di pasar reguler. Sedangkan total sepanjang tahun 2017 ini IHSG berhasil membukukan penguatan hingga mencapai +19,99%, walaupun dengan dana asing yang keluar dari bursa mencapai sekitar Rp. 40,5 Triliun di seluruh pasar.

 

REVIEW 2017

Tahun 2017 tampaknya merupakan tahun yang cukup menggembirakan bagi pasar saham Indonesia. Sepanjang tahun ini, IHSG mengalami tren penguatan sejak awal tahun hingga ke penghujung tahun dengan bergerak naik. Tidak hanya itu, nilai kapitalisasi pasar saham tembus level tertinggi mencapai Rp 7.052 triliun, dan jumlah investor dalam negeri naik mencapai 1,12 juta.

IHSG menutup akhir tahun 2016 lalu di level 5.296,711. Kemudian, sepanjang kuartal pertama tahun 2017 lalu IHSG terus bergerak dalam tren yang cukup positif. IHSG berhasil menembus level all time high sejak tahun 2015 di 5.524 pada pertengahan Maret 2017. Lalu, pada awal April 2017, tepatnya pada 3 April 2017, IHSG kembali menembus level 5.600, ditopang oleh sektor finansial.

Sepanjang bulan Mei 2017 IHSG menguat lantaran diguyur sejumlah sentimen positif. Pada 19 Mei 2017, lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor’s mengganjar Indonesia dengan peringkat investment grade, membuat IHSG menguat 174,79 poin (+2,6%) ke level 5.791,883, yang merupakan rekor terbaru bagi IHSG saat itu.

IHSG terus melanjutkan tren penguatannya pula selama bulan Juni, Juli dan Agustus 2017. IHSG bersorak setelah BI menurunkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen dan langsung meresponnya dengan menguat ke level baru 5.914. Selama bulan September 2017 dan Oktober 2017, IHSG bertengger pada kisaran level 5.900. Baru pada akhir Oktober 2017, IHSG menembus  level 6.000 untuk pertama kalinya dalam sejarah  pada 25 Oktober 2017, didorong cemerlangnya kinerja emiten-emiten BEI hingga kuartal III 2017.

Menjelang akhir tahun 2017, IHSG kembali melanjutkan penguatannya. Pada bulan Desember 2017, pasar kembali diwarnai sentimen positif setelah lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB dengan outlook stabil. Aksi window dressing jelang penutupan perdagangan akhir tahun, turut membawa IHSG terus mencetak rekor tertinggi hingga akhirnya di tutup di level 6.355,654.

 

OUTLOOK 2018

Sinkronisasi pertumbuhan ekonomi global yang mulai terjadi sejak tahun 2016 lalu, dimana baik negara2 maju maupun negara2 berkembang sama-sama mengalami pertumbuhan yang meningkat, membuat hampir seluruh indeks bursa saham dunia menguat sepanjang tahun 2017. Tercatat hanya ada lima indeks bursa saham dunia yang mencatatkan pertumbuhan negatif, yaitu Chinext (NASDAQ-style board of the Shenzhen Stock Exchange) -10.54%, UAE Dubai -4.55%, Abu Dhabi -3.75%, Luxembourg -1.84% dan Jordan -1.76%, selebihnya indeks bursa saham yang ada di dunia menguat! Hal ini membuktikan bahwa sepanjang 2017 market sedang dalam kondisi Bullish.

Diperkirakan kondisi ini masih akan berlanjut di tahun 2018, mengingat pertumbuhan ekonomi global masih akan terus bertumbuh pada tahun depan. IMF baru-baru ini menaikkan proyeksi pertumbuhan PDB global tahun 2018 menjadi 3,7%, lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya. Jika pada tahun-tahun sebelumnya, proyeksi pertumbuhan ekonomi global selalu di revisi ke bawah, untuk tahun 2017 dan 2018 proyeksi pertumbuhan justru di revisi ke atas. Kondisi ini mengindikasikan bahwa momentum perbaikan ekonomi yang masih tetap kuat. Dampak pemulihan ekonomi dunia ini menyebabkan volume perdagangan dunia meningkat, yang selanjutnya turut mendorong peningkatan harga komoditas dunia.

Sejalan dengan kondisi ekonomi global, ekonomi Indonesia juga bertumbuh walaupun hanya tipis dan cenderung stagnan. Jika pada tahun 2016 PDB Indonesia tumbuh sebesar 5,02%, untuk tahun 2017 ini PDB diperkirakan akan berada dikisaran 5,05-5,1%. Kondisi ini akan berlanjut pada tahun 2018, dimana PDB diperkirakan akan bertumbuh dikisaran 5,1-5,4%. Pertumbuhan ekonomi tersebut didukung terutama oleh membaiknya fundamental ekonomi yang tercermin dari naiknya peringkat investasi Indonesia oleh 2 lembaga peringkat internasional yaitu S&P dan Fitch. Membaiknya harga komoditas dunia menyebabkan ekspor komoditas mengalami kenaikan dan mengakibatkan surplus neraca perdagangan sepanjang 2017 meningkat dibandingkan tahun lalu. Defisit neraca transaksi berjalan juga mengalami perbaikan, cadangan devisa naik ke level tertingi sepanjang sejarah, inflasi terkendali dan nilai tukar rupiah cenderung stabil serta akselerasi investasi mengalami peningkatan.

Tahun 2018 juga akan menjadi tahun politik, dimana pilkada serentak akan diselenggarakan di pertengahan tahun, yang akan disusul oleh persiapan kampanye jelang penyelenggaraan pemilu Presiden 2019. Sementara pada bulan Agustus 2018, Indonesia akan kembali menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games pertama kali sejak tahun 1962 di Jakarta dan Pelembang. Kondisi ini dapat menciptakan peningkatan belanja pemerintah maupun masyarakat yang akan memiliki dampak berantai mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Sementara kebijakan infrasturktur padat karya akan dilanjutkan oleh pemerintah, walaupun ruang untuk belanja infrastruktur semakin terbatas seiring penurunan realisasi penerimaan pajak, namun tetap akan meningkatkan pengeluaran investasi dan belanja pemerintah. Foreign Direct Investment juga cenderung meningkat seiring perbaikan iklim investasi Indonesia yang didorong oleh berbagai paket kebijakan reformasi struktural yang ditandai dengan naiknya “ease of doing business Index Indonesia”.

Semua ini adalah sentimen positif dan peluang yang akan menjadi pendorong bagi IHSG. Namun demikian, tahun 2018 juga dipercaya akan menjadi tahun yang sangat dinamis bagi market. Disamping penuh peluang, beberapa risiko juga melekat dan perlu diwaspadai. Normalisasi kebijakan moneter AS, terutama berlanjutnya kenaikan Fed Fund rate yang diprediksikan akan naik 2-3 kali tahun depan dan pengurangan aset neraca The Fed serta penurunan pajak korporasi emiten AS akan menarik modal asing untuk kembali ke negara tersebut.  Faktor global lain yang perlu dicermati juga adalah rencana pengurangan stimulus di beberapa kawasan, seperti Eropa dan Jepang, sehingga berpeluang membuat net sell investor asing dapat berlanjut pada tahun depan.

Disisi lain, resiko geopolitik berupa ketegangan di Semenanjung Korea dan Timur Tengah juga masih akan menjadi bayang-bayang ketidakpastian pasar. Dari dalam negeri, memanasnya situasi politik jelang pemilu akan menjadi faktor risiko yang dapat mempengaruhi minat investasi di bursa saham, terutama bagi investor asing. Sementara kekhawatiran bakal terjadinya krisis besar 10 tahunan yang biasanya menyambangi financial market setelah 1998 ada Krisis Asia, dan 2008 ada Sub Prime Mortgage, kami tidak melihat adanya bibit peluang tersebut. Kekhawatiran beberapa waktu lalu seperti ekonomi China bakal mengalami hard landing, krisis hutang di negara-negara Uni Eropa (Yunani, Portugal, Spanyol, dll) dan dampak dari Brexit terlihat mereda dan tidak terbukti.

Satu-satunya bibit yang mungkin dapat berdampak krisis adalah buble yang terjadi pada mata uang Cryptocurrency. Indikasi bubble itu tampak dari kenaikan harga bitcoin, dkk. Mata uang digital yang tidak memiliki “underlying asset” seperti halnya mata uang sungguhan, dalam setahun terakhir ini market cap nya terus meningkat. Kenaikan harga yang luar biasa tersebut telah mendorong minat dari banyak spekulan, trader dan juga investor, termasuk para fund manager global, untuk ikut membeli bitcoin dkk. Apabila nanti ketika market cap nya menjadi sangat besar dan tiba-tiba harga mata uang Cryptocurrency ini turun kembali, maka kerugian yang terjadi tidak akan akan sedikit, dan itu bisa mengguncang pasar keuangan global secara keseluruhan.

Sementara mengenai kondisi IHSG yang hampir sepanjang 2 tahun terakhir mengalami rally kenaikan dan belum mengalami koreksi berarti sejak koreksi besar di bulan Mei–September 2015 lalu, turun sekitar -27%. Padahal biasanya dalam setahun, IHSG mengalami koreksi dengan turun setidaknya 5–10% dari posisi tertingginya. Kondisi yang sama juga terjadi pada bursa saham AS. Sudah hampir 2 tahun ini Wall Street naik tanpa koreksi yang berarti, dan terus menciptakan rekor tertinggi baru.

Jika melihat kondisi saat ini, kemungkinan terjadinya krisis besar (market koreksi -50% lebih seperti pada tahun 1998 dan 2008) akibat rally kenaikan bursa saham dalam 2 tahun terakhir belum terlihat. Namun tidak menutup kemungkinan koreksi di pasar saham dapat terjadi. Koreksi yang kami maksud disini adalah penurunan wajar yang terjadi pada market sebesar 5-10% lebih, akibat valuasinya udah kelewat mahal. Biasanya jika saham-saham sudah naik terus dan valuasinya menjadi kelewat mahal, jauh melebihi nilai wajar fundamentalnya, maka market akan melakukan adjusted dengan penurunan. Untuk itu sebaiknya tetap berhati-hati dan berjaga-jaga untuk tidak kelewat optimis. Namun demikian juga tidak perlu terlalu cemas yang berlebihan sehingga melewatkan peluang yang ada. Semuanya bisa diantispasi dengan pendekatan analisa teknikal untuk membatasi resiko.

 

TARGET IHSG 2018

Walaupun tahun 2018 diperkirakan akan menjadi tahun yang dinamis bagi bursa saham, namun optimisme pasar masih terjaga. Hal ini terlihat dari kumpulan riset2 yang dikeluarkan oleh sekuritas2 besar baik lokal maupun asing yang memprediksikan IHSG di tahun 2018 akan kembali tumbuh dengan  perkiraan target berada dikisaran 6.800-7.000, yang mencerminkan sekitar 17-18x PE2018F, dengan asumsi EPS akan tumbuh sekitar 12-14% di 2018F berdasarkan +1.0 SD dan ekonomi tumbuh sekitar 5,2-5,4%.

Sedangkan secara teknikal, dari chart IHSG secara bulanan terlihat bahwa kondisi IHSG masih dalam trend naik. Monthly chart IHSG terlihat membentuk pola bullish formation cup & handle, dengan target utama dikisaran 6.950-7.000, dan minor target dikisaran 6.450.

Setelah mengalami koreksi di tahun 2015 dengan mengalami penurunan sebesar -12,13%, dalam dua tahun terakhir IHSG berhasil menguat. Penguatan tahun 2016 sebesar +15,32% dan tahun 2017 sebesar +19,99%. Namun untuk tahun 2018 diperkirakan kenaikannya tidak akan sebesar 2 tahun sebelumnya.

Dari analisa fundamental maupun teknikal, kami perkirakan bahwa target IHSG untuk tahun 2018 jika tidak ada kondisi force majeure, dapat mencapai kisaran 6.900-7.000. Itu artinya ada potensi kenaikan sekitar 8,5%-10% dari posisi penutupan akhir tahun 2017 di level 6.355. Jadi apabila terjadi koreksi massive pada IHSG, maka bagi investor bisa dipergunakan kesempatan tersebut untuk melakukan akumulasi. Tentu saja juga harus memperhatikan prospek kinerja fundamental dan manajemen dari tiap-tiap emitennya.

 

KONDISI IHSG SAAT INI

Setelah mengalami koreksi tajam sebesar -1,8% pada akhir bulan November 2017 akibat terjadinya rebalancing MSCI Index, IHSG terus bergerak naik dan bisa dibilang belum ada koreksi berarti. Sepanjang bulan Desember IHSG terus bergerak menguat dan hanya mengalami koreksi 3 hari saja dari total 18 hari perdagangan selama bulan ini. Dalam 11 hari perdagangan terakhir, IHSG telah menguat 10 hari. Bahkan dalam 5 hari terakhir, IHSG terus mencetak rekor. Kondisi ini membuat IHSG mengalami “extremly overbought” dalam jangka pendek, sehingga potensi untuk terjadinya koreksi terbuka lebar di awal perdagangan pekan pertama tahun 2018.

Secara teknikal, IHSG masih dalam kondisi super bullish setelah terus mencetak rekor. Indikator teknikal MACD terus bergerak naik diatas centreline. Kondisi ini menunjukan bahwa IHSG masih dalam fase uptrend jangka pendek. Namun kenaikan yang tajam dalam lima hari terakhir menyebabkan potensi kenaikan lebih lanjut menjadi terbatas. Untuk pekan ini, resistance IHSG diperkirakan akan berada di level 6.400. Sedangkan untuk support terdekat di level 6.270. Apabila koreksi berlanjut, maka IHSG berpeluang menuju support berikutnya di level 6.160.

Seperti biasa di pekan pertama awal bulan, cukup banyak data dan kejadian ekonomi penting. Dari dalam negeri akan dirilis indeks manufaktur dan data inflasi bulan Desember 2017 pada hari selasa. BI memprediksi laju inflasi selama Desember 2017 masih terkendali, dengan perkiraan inflasi bulanan sebesar 0,4% (mom) dan secara tahunan diprediksi dikisaran 3,3-3,4% (yoy). Lalu pada hari jum’at akan dirilis indeks kepercayaan konsumen.  Sementara dari luar negeri, agenda dan kejadian ekonomi penting yang akan menjadi perhatian dari para pelaku pasar, diantaranya adalah:

  • Hari Selasa 2 Januari 2018 : Rilis data caixin manufaktur China, Rilis data manufaktur Inggris
  • Rabu 3 Januari 2018 : Rilis data konstruksi Inggris, Rilis data manufaktur AS
  • Kamis 3 Januari 2018: Laporan meeting The Fed, Rilis data manufaktur Jepang, Rilis data sektor jasa Inggris, Rilis data pekerjaan ADP, klaim pengangguran dan persediaan minyak AS
  • Jum’at 4 Januari 2018 : Rilis data perdagangan Australia, Rilis data inflasi dan penjualan ritel Eropa, Rilis data neraca perdagangan, pekerjaan dan tingkat pengangguran AS

Sementara ini dulu yang bisa saya sampaikan dalam market outlook IHSG 2018 dan weekly strategic analysis di awal tahun ini. Walaupun kondisi IHSG masih uptrend, tapi tidak ada salahnya lebih berhati-hati. Pasca penguatan tajam, IHSG berpeluang mengalami profit taking atau konsolidasi sejenak agar kondisinya tidak menjadi bubble. Untuk itu bagi trader tetap disarankan selalu berhati-hati dan kontrol resiko dengan melakukan safe trading sesuai dengan trading plans yang telah dibuat. Sementara bagi investor jika terjadi koreksi, dapat melakukan buy on weakness dengan cara beli bertahap pada saham-saham yang diperkirakan masih memiliki prospek kinerja cemerlang kedepan.

Mengenai saham-saham apa saja yang menarik untuk di tradingkan dalam jangka pendek atau saham-saham apa yang dapat diakumulasi untuk menjadi investasi jika terjadi koreksi, akan diulas secara khusus di area member premium. Bagi anda yang berminat untuk memperoleh ulasan market outlook, arahan dan ide trading, serta ingin bergabung ke dalam group kami dengan menjadi member premium dari Step-trader.com, dapat melihat info lengkapnya pada bagian MEMBER REGISTRATION diatas.

O ya dalam kesempatan ini saya juga ingin mengucapkan: Happy New Year 2018!
May This New Year All Your Dreams Turn Into Reality And All Your Efforts Into Great Achievement. Godbless you all..

Ingin bergabung menjadi member premium kami dapat melihatnya infonya disini: http://step-trader.com/member-area/

Join our FREE Channel telegram at: https://telegram.me/steptrader

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*