Berada Dipersimpangan, Akankah IHSG Breakdown Atau Lanjut Naik?

Bursa saham Wall Street ditutup bervariasi dengan kecenderungan melemah pada perdagangan akhir pekan, seiring ketakutan investor pada kenaikan suku bunga serta inflasi akibat lonjakan yield US Treasury mendekati level tertinggi 1 tahun. Yield US Treasury tenor acuan 10 tahun turun menjadi 1,404%, setelah sehari sebelumnya sempat melonjak menjadi 1,614%. Dari sisi ekonomi, data terbaru menunjukkan belanja konsumen AS meningkat paling tinggi dalam 7 bulan di Januari. Indeks S&P 500 dan Dow Jones kompak ditutup lebih rendah setelah sebelumnya turun ke level terendah 3 minggu. Dow Jones ditutup melemah 469,64 poin (-1,5%) menjadi 30.932,37, S&P 500 turun 18,19 poin (-0,48%) ke level 3.811,15. Sedangkan Nasdaq berhasil naik 72,91 poin (+0,56%) ke posisi 13.192,34. Dalam sepekan ketiga indeks bursa saham utama AS kompak ditutup lebih rendah, dengan Dow Jones turun -1,78%, S&P 500 merosot -2,45% dan Nasdaq anjlok -4,92%.

Sementara dari dalam negeri, IHSG ditutup melemah 47,85 poin (-0,76%) ke level 6.241,796 pada perdagangan akhir pekan. Investor asing membukukan net sell sebesar Rp 27 miliar di pasar reguler. Meski bergerak melemah di akhir pekan namun untuk sepanjang pekan lalu, IHSG masih mampu tumbuh naik tipis +0,16% dengan diikuti oleh net buy asing di pasar reguler senilai Rp. 1,02 triliun dalam sepekan.

Ditengah turunnya pasar saham dunia akibat kekhawatiran pelaku pasar akan kenaikan suku bunga seiring naiknya yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun secara cepat ke level tertinggi lebih dari 1 tahun terakhir, IHSG masih mampu ditutup menguat tipis pada pekan lalu. Secara mingguan kenaikan IHSG pada minggu lalu merupakan kenaikan pekan ke-4 secara berturut-turut, setelah didorong oleh bauran kebijakan positif yang diambil oleh BI dan pemerintah. Penurunan suku bunga BI rate sebesar 25 bps menjadi 3,5% yang merupakan level suku bunga terendah sepanjang sejarah, mengikuti kebijakan pembebasan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) dan keringanan uang muka 0% untuk pembelian kendaraan baru serta membolehkan down payment (DP) 0% untuk KPR, menjadi katalis positif yang berdampak pada kenaikan IHSG.

Sesuai analisa dan perkiraan pekan sebelumnya, pasar saham Indonesia masih melanjutkan fase konsolidasinya dengan bergerak sideways dalam jangka pendek. IHSG masih tertahan diatas suport garis MA 20 hariannya yang condong mulai mengalami reversal dan bergerak naik. Sedangkan indikator teknikal MACD masih bergerak mendatar diatas centreline. Kondisi ini mengindikasikan bahwa IHSG masih bergerak dalam fase konsolidasi jangka pendek dengan kecenderungan bergerak positif.

Sama seperti pekan sebelumnya, IHSG masih bergerak dengan level support dikisaran area gap 6151-6157 dan garis rata-rata MA 20 hariannya. Apabila support tersebut gagal dipertahankan, maka IHSG berpeluang turun menuju support psikologis 6000. Sementara untuk level resistance IHSG berada di 6314. Jika mampu dilewati, maka IHSG berpeluang melanjutkan penguatannya menuju resistance selanjutnya dikisaran 6465-6504.

Untuk pekan ini, pelaku pasar cenderung mengantisipasi rilis data PMI manufaktur dan inflasi bulan februari yang rencananya akan dijadwalkan pada hari senin besok. Diproyeksikan data tersebut tidak lebih tinggi dari bulan sebelumnya Januari 2021, karena adanya pengetatan aktivitas masyarakat (PPKM) sepanjang Februari 2021. Sementara dari luar negeri, data dan agenda ekonomi penting yang akan menjadi perhatian dari investor di pekan ini antara lain adalah : 

  • Senin 1 Maret 2021 : Rilis data manufaktur China, Rilis data manufaktur AS
  • Selasa 2 Maret 2021 : Kebijakan suku bunga Bank Sentral Australia (RBA)
  • Rabu 3 Maret 2021 : Rilis data GDP Australia, Rilis anggaran tahun 2021 Inggris
  • Kamis 4 Maret 2021 : Rilis data perdagangan Australia, Meeting OPEC, Pernyataan Ketua The Fed Powell
  • Jum’at 5 Maret 2021 : Rilis data perdagangan dan pekerjaan AS

Sementara ini dulu yang bisa saya sampaikan dalam weekly strategic analysis pada pekan ini. Setelah hampir 3 pekan terakhir IHSG berkonsolidasi dengan bergerak sideways, ada potensi minggu ini IHSG akan keluar dari pola konsolidasinya tersebut. Perhatian pelaku pasar saat ini tertuju pada naiknya yield obligasi pemerintah AS 10 tahun dengan cepat yang dikhawatirkan dapat memicu kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. Namun harapan dari diloloskannya paket bantuan Covid-19 senilai US$ 1,9 triliun oleh Parlemen AS pada hari sabtu kemaren, diharapkan dapat menenangkan sementara market yang tengah bergejolak akibat kekhawatiran lonjakan yield obligasi.

Untuk pekan ini diperkirakan IHSG dapat berfluktuasi tinggi, sehingga disarankan tetap safe trading dan selalu waspada, serta kontrol resiko sesuai dengan trading plans yang telah dibuat. Sementara bagi investor, jika terjadi koreksi massive bisa dimanfaatkan untuk akumulasi bertahap dengan melakukan buy on weakness, terutama pada saham-saham yang masih memiliki fundamental bagus dan dan kinerja keuangan yang kuat, serta prospek yang cerah pasca berakhirnya pandemi Covid-19 nanti. Atur strategi pembelian dan money manajemennya.

Mengenai saham-saham apa saja yang menarik untuk di tradingkan dalam jangka pendek atau saham-saham apa yang dapat diakumulasi untuk menjadi investasi jika terjadi koreksi, akan diulas secara khusus di area member premium. Diperlukan pengalaman, keahlian dan strategi khusus dalam melakukan analisa, baik teknikal maupun fundamental untuk menentukan kapan waktu terbaik untuk masuk ataupun keluar dari posisi trading ataupun investasi. Bagi anda yang berminat untuk memperoleh ulasan market outlook, arahan dan ide trading/investasi, serta ingin bergabung ke dalam group kami dengan menjadi member premium dari Step-trader.com, dapat melihat info lengkapnya pada bagian MEMBER REGISTRATION diatas.

Safe Trading, Good Luck & GBU Always

Ingin bergabung menjadi member premium kami dapat melihatnya infonya disini: http://step-trader.com/member-area/