Tembus Rekor, IHSG Mencetak Sejarah Baru.. Selanjutnya Bagaimana?

Bursa Wall Street ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan didorong oleh kenaikan saham-saham teknologi besar yang menjadi penggerak indeks. Pelaku pasar mengabaikan data ekonomi AS yang mengecewakan. University of Michigan melaporkan bahwa sentimen konsumen pada awal November turun ke level terendah dalam satu dekade karena banyak responden survei mengutip kekhawatiran inflasi yang persisten. Indeks harga konsumen AS bulan Oktober yang dirilis hari Rabu lalu menunjukkan inflasi dengan kecepatan yang terpanas di lebih dari 30 tahun. Dow Jones ditutup naik 179,08 poin (+0,5%) menjadi 36.100,31, S&P 500 menguat 33,58 poin (+0,72%) ke posisi 4.682,85 dan Nasdaq menambahkan 156,68 poin (+1%) menjadi 15.860,96. Meskipun naik di akhir pekan, tapi ketiga indeks saham utama AS ini mengakhiri pekan kemaren dengan pelemahan. Dalam sepekan, Dow Jones mengalami penurunan -0,63%, S&P 500 melemah -0,31% dan Nasdaq terkoreksi -0,69%. 

Sementara dari dalam negeri IHSG ditutup turun 40,288 poin (-0,6%) ke level 6.651,054 pada akhir pekan. Investor asing membukukan net buy di pasar reguler sebesar Rp 39 miliar. Meski melemah di akhir pekan tapi selama seminggu, IHSG berhasil menguat +1,05% dengan diikuti oleh aksi beli investor asing senilai Rp 1,94 triliun di pasar reguler.

Pada minggu lalu IHSG berhasil membuat sejarah baru, setelah berhasil melewati rekor tertinggi sepanjang masanya pada Februari 2018 silam di level 6.693,46. Keberhasilan IHSG mencetak rekor baru didorong oleh optimisme para pelaku pasar seiring membaiknya kondisi kesehatan masyarakat akibat terus turunnya angka Covid-19 di dalam negeri, percepatan program vaksinasi nasional, pelonggaran PPKM dan proyeksi ekonomi tahun depan yang membaik. Penguatan IHSG pada minggu lalu terjadi ditengah kekhawatiran akan meningkatnya inflasi global setelah data inflasi China dan AS yang dirilis pada pekan lalu melonjak melebihi estimasi ekonom, sehingga dikhawatirkan dapat menghidupkan kembali wacana kenaikan suku bunga The Fed lebih cepat dari perkiraan. Selain itu, investor juga mengkhawatirkan risiko terjadinya stagflasi yang dapat menyerang China karena kenaikan harga (inflasi) yang tinggi, dibarengi dengan aktivitas bisnis yang mengalami stagnasi dapat menyebakan berkurangnya daya beli dan menciptakan pengangguran.

Secara teknikal IHSG ditutup membentuk pola bearish engulfing pada perdagangan akhir pekan kemaren, sehingga mengindikasikan terjadinya pola reversal pembalikan arah turun dalam jangka pendek. Terbentuknya long black candlestick di level tertinggi sepanjang sejarah menunjukan terjadinya aksi profit taking yang cukup massive dilakukan oleh pelaku pasar. Meski cenderung bergerak turun namun IHSG terlihat masih bergerak uptrend.

Untuk minggu ini IHSG diperkirakan akan cenderung bergerak melemah, menguji area support terdekat di 6.617. Apabila tekanan berlanjut, terbuka ruang bagi koreksi lanjutan IHSG menuju support level berikutnya di 6.550. Sementara untuk level resistance terdekat, ada di area all time high di 6.714. Jika mampu dilewati, maka reli kenaikan IHSG akan berlanjut dengan target resistance berikutnya di level 6.769.

Pekan ini pelaku pasar akan mencermati rilis data perdagangan dan data ekspor-impor pada hari senin. Diperkirakan Indonesia akan kembali mencatatkan surplus perdagangan pada bulan Oktober lalu. Sedangkan pada hari kamis, pelaku pasar menantikan hasil rapat dewan gubernur BI, yang secara konsensus suku bunga diperkirakan akan kembali dipertahankan di level 3,5%. Sementara dari luar negeri, data dan agenda ekonomi penting yang akan menjadi perhatian dari investor di pekan ini antara lain adalah :

  • Senin 15 November 2021 : Rilis data GDP Jepang, Rilis data industrial production dan penjualan ritel China
  • Selasa 16 November 2021 : Kebijakan Moneter Bank Sentral Australia dan pernyataan Gubernur RBA Lowe, Rilis data tenaga kerja Inggris, Rilis data penjualan ritel AS
  • Rabu 17 November 2021 : Rilis data perdagangan Jepang, Rilis data inflasi Inggris, Rilis data perumahan AS
  • Kamis 18 November 2021 : Pernyataan beberapa petinggi The Fed
  • Jum’at 19 November 2021 : Rilis data inflasi Jepang, Rilis penjualan ritel Inggris

Sementara ini dulu yang bisa saya sampaikan dalam weekly strategic analysis pada pekan ini. Setelah berhasil membuat sejarah, pasar saham Indonesia diperkirakan akan berkonsolidasi. IHSG masih rawan terkoreksi dalam jangka pendek, namun diperkirakan wajar dan cenderung terbatas pasca mencetak rekor. Menjelang akhir tahun, investor juga mulai mengantisipasi terjadinya window dressing, sehingga apabila terjadi koreksi merupakan kesempatan untuk melakukan akumulasi beli, tentunya di saham-saham yang memiliki prospek dan kinerja bagus ke depan.

Tetap disarankan untuk safe trading dan selalu waspada, serta kontrol resiko sesuai dengan trading plans yang telah dibuat. Sementara bagi investor, jika terjadi koreksi massive bisa dimanfaatkan untuk akumulasi bertahap dengan melakukan buy on weakness, terutama pada saham-saham yang masih memiliki fundamental bagus dan dan kinerja keuangan yang kuat, serta prospek yang cerah pasca berakhirnya pandemi Covid-19 nanti. Atur strategi pembelian dan money manajemennya.

Mengenai saham-saham apa saja yang menarik untuk di tradingkan dalam jangka pendek atau saham-saham apa yang dapat diakumulasi untuk menjadi investasi jika terjadi koreksi, akan diulas secara khusus di area member premium. Diperlukan pengalaman, keahlian dan strategi khusus dalam melakukan analisa, baik teknikal maupun fundamental untuk menentukan kapan waktu terbaik untuk masuk ataupun keluar dari posisi trading ataupun investasi. Bagi anda yang berminat untuk memperoleh ulasan market outlook, arahan dan ide trading/investasi, serta ingin bergabung ke dalam group kami dengan menjadi member premium dari Step-trader.com, dapat melihat info lengkapnya pada bagian MEMBER REGISTRATION diatas.

Safe Trading, Good Luck & GBU Always Ingin bergabung menjadi member premium kami dapat melihatnya infonya disini: http://step-trader.com/member-area/