Mampukah IHSG Tembus Resistance Dan Memulai Tren Naik Baru?

Bursa Wall Street berhasil ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan, meski rilis data ekonomi dan kinerja pendapatan perusahaan mengisyaratkan melemahnya permintaan tetapi juga ketahanan ekonomi. Laporan pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) Departemen Perdagangan yang sangat dinanti-nantikan sebagian besar sejalan dengan konsensus, menunjukkan permintaan yang melemah dan inflasi yang menurun, persis seperti yang ingin dicapai oleh kenaikan suku bunga The Fed. Selain pertemuan The Fed dan data ketenagakerjaan periode Januari yang akan dirilis minggu depan, pelaku pasar juga akan mencermati rilis serangkaian laporan pendapatan emiten besar antara lain Apple Inc, Amazon.com, Alphabet Inc, dan Meta Platforms. Dow Jones ditutup naik tipis 28,67 poin (+0,08%) menjadi 33.978,08, S&P 500 menguat 10,13 poin (+0,25%) ke level 4.070,56 dan Nasdaq bertambah 109,30 poin (+0,95%) menjadi 11.621,71. Dalam sepekan Wall Street membukukan kenaikan dengan Dow Jones naik +1,81%, S&P 500 menguat +2,47% dan Nasdaq melonjak +4,32%.

Sementara dari dalam negeri, IHSG ditutup menguat 34,163 poin (+0,5%) ke level 6.898,981 di akhir pekan. Investor asing mencatat net buy sebesar Rp 589 miliar di pasar regular, dan rupiah ditutup dikisaran level Rp. 14.985/USD. Dalam sepekan IHSG berhasil menguat +0,35% dengan diikuti masuknya dana asing senilai Rp. 776 milyar di pasar reguler.

IHSG berhasil menorehkan kinerja positif secara mingguan setelah diperdagangkan di wilayah hijau dan melanjutkan kenaikan pada pekan sebelumnya. Penguatan IHSG pekan lalu didorong oleh kenaikan saham-saham di sektor financial jelang rilis laporan keuangan emiten bank buku IV yang telah di mulai pada pekan kemaren oleh BBNI dan BBCA. Emiten perbankan menjadi penggerak utama IHSG dengan mayoritas saham perbankan naik setelah rilis kinerja BBNI dan BBCA hasilnya bagus diatas ekspektasi pasar. Kinerja positif IHSG pekan lalu juga mengekor mayoritas bursa saham global yang menguat setelah pembukaan kembali ekonomi dan kebijakan pro-pertumbuhan dari China serta respons pasar yang cenderung positif mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 bps, atau lebih rendah dari kenaikan beberapa FOMC sebelumnya.

Secara teknikal IHSG terlihat berhasil break dari garis EMA 200 days dan downtrend resist channel pola falling wedge pattern yang terbentuk sejak September 2022 lalu, namun dengan disertai turunnya volume. IHSG akan menguji resistance last high di 6.953, yang apabila mampu ditembus dan dilewati akan mengkonfirmasi pola higher high, sehingga mengubah arah indeks dari turun menjadi naik. Break dan maintain diatas 6.953, akan membuka peluang bagi IHSG bergerak naik menuju target dikisaran 7.110-7.130. Namun sebaliknya jika IHSG masih gagal melewati 6.953 dan bergerak turun di bawah garis EMA 200 day yang saat ini berada di 6.894, maka indeks berpeluang melemah menuju support dikisaran 6.726. Indikator teknikal MACD yang masih bergerak naik, mengindikasikan bahwa IHSG masih bergerak dalam momentum positif.

Untuk minggu ini seperti biasa di awal bulan, pelaku pasar akan mencermati rilis data manufaktur dan inflasi bulan Januari pada hari rabu. Diperkirakan inflasi Januari 2023 akan mencapai kisaran 0,4% secara bulanan atau turun dibandingkan capaian Desember 2022 sebesar 0,66%. Dan secara tahunan inflasi diprediksi akan menurun ke kisaran 5,35%, turun dari 5,51% (yoy) pada Desember 2022. Sementara dari luar negeri, data dan agenda ekonomi penting yang akan menjadi perhatian dari investor di minggu ini antara lain adalah :

  • Senin 30 Januari 2023 : Rilis data GDP Jerman
  • Selasa 31 Januari 2023 : Rilis data NBS manufaktur China, Rilis data GDP zona eropa, Rilis data inflasi Prancis dan Jerman, Rilis data keyakinan konsumen AS
  • Rabu 1 Februari 2023 : Rilis data Caixin Manufaktur China, Rilis data inflasi dan tingkat pengangguran zona eropa, Rilis data pekerjaan ADP dan manufaktur AS, Keputusan suku bunga The Fed
  • Kamis 2 Februari  2023 : Kebijakan moneter Bank Sentral Inggris (BOE), Keputusan suku bunga dan konferensi pers ECB
  • Jum’at 3 Februari  2023 : Rilis data pekerjaan dan sektor jasa AS

Untuk sementara ini dulu yang bisa saya sampaikan dalam weekly strategic analysis pada pekan ini. IHSG saat ini berada di area supply zone dikisaran 6.900-6.953 yang merupakan area resistance cukup kuat untuk sementara ini. Turunnya volume transaksi di area resistance menunjukan bahwa dorongan buyer yang mulai melemah, sehingga dibutuhkan katalis positif yang cukup kuat untuk dapat melewati area resistance tersebut dan mulai memasuki tren kenaikan yang baru. Apabila IHSG gagal melewati resistance tersebut, ada potensi indeks akan bergerak dalam pola konsolidasi atau kembali melemah dan mengalami pullback.

Untuk itu disarankan tetap safe trading dan selalu kontrol resiko sesuai dengan trading plans yang telah dibuat. Sementara bagi investor, jika terjadi koreksi massive bisa dimanfaatkan untuk akumulasi bertahap dengan melakukan buy on weakness, terutama pada saham-saham yang masih memiliki fundamental bagus dan dan kinerja keuangan yang kuat, serta prospek yang cerah kedepan. Atur strategi pembelian dan money manajemennya dengan baik.

Mengenai saham-saham apa saja yang menarik untuk di tradingkan dalam jangka pendek atau saham-saham apa yang dapat diakumulasi untuk menjadi investasi jika terjadi koreksi, akan diulas secara khusus di area member premium. Diperlukan pengalaman, keahlian dan strategi khusus dalam melakukan analisa, baik teknikal maupun fundamental untuk menentukan kapan waktu terbaik untuk masuk ataupun keluar dari posisi trading ataupun investasi. Bagi anda yang berminat untuk memperoleh ulasan market outlook, arahan dan ide trading/investasi, serta ingin bergabung ke dalam group kami dengan menjadi member premium dari Step-trader.com, dapat melihat info lengkapnya pada bagian MEMBER REGISTRATION diatas.

Safe Trading, Good Luck & GBU Always

Ingin bergabung menjadi member premium kami dapat melihatnya infonya disini: http://step-trader.com/member-area/