Kembali ke level 6.000, Akankah Rebound IHSG Berlanjut?

Bursa Wall Street kompak ditutup menguat di akhir perdagangan pekan lalu pada hari Kamis sebelum libur Good Friday, setelah peluncuran rencana infrastruktur Presiden Joe Biden. Indeks S&P 500 ditutup naik untuk pertama kalinya di atas angka 4.000 dalam sejarah, terkerek oleh optimisme tentang pemulihan ekonomi AS. Data menunjukkan jumlah orang AS yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran naik secara tak terduga pada pekan lalu. Namun, data lain menunjukkan ukuran aktivitas manufaktur melonjak ke level terkuat dalam lebih dari 37 tahun pada bulan Maret, dengan lapangan kerja di pabrik tertinggi sejak Februari 2018. Dow Jones naik 171,66 poin (+0,52%) ke level 33.153,21, S&P 500 menguat 46,98 poin (+1,18%) ke posisi 4.019,87 dan Nasdaq melonjak 233,23 poin (+1,76%) menjadi 13.480,11. Sepanjang pekan lalu ketiga indeks saham utama AS berakhir menguat dengan Dow Jones mengalami kenaikan sebesar +0,24%, S&P 500 menguat +1,14%, sedangkan Nasdaq turun +2,6%.

Sementara itu dari dalam negeri, IHSG ditutup menguat +25,934 poin (+0,43%) ke level 6.011,456 pada hari kamis sebelum libur jum’at agung. Investor asing membukukan net sell sebesar Rp. 989 miliar di pasar reguler. Dalam sepekan IHSG terkoreksi hingga -2,97%, dengan diikuti keluarnya dana asing di pasar reguler senilai Rp. 2,3 triliun. 

IHSG memperpanjang pelemahannya pada pekan lalu menjadi 3 minggu berturut-turut. Pelemahan IHSG terjadi akibat buruknya sentimen yang datang baik dari dalam maupun luar negeri. Kabar bahwa manajemen BPJS Ketenagakerjaan yang akan mengurangi porsi investasinya di saham maupun reksadana menjadi katalis negatif bagi IHSG. BPJSTK merupakan salah satu investor institusi raksasa, sehingga apabila porsi investasi dikurangi berpotensi membuat terjadinya arus uang keluar dari pasar modal Indonesia dalam jumlah yang lumayan besar. Selain itu, larangan mudik dan pembatasan aktivitas juga melemahkan IHSG, karena dikhawatirkan menekan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu tekanan dari luar negeri masih datang dari pergerakan yield surat utang AS tenor panjang yang terus bergerak naik. Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun sempat bergerak keatas 1,75%, sehingga memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah yang bergerak melemah. 

Secara teknikal penurunan IHSG telah mencapai target koreksi pola bearish reversal double top di level 5950. IHSG berhasil mengalami teknikal rebound kembali ke atas level 6000, setelah menyentuh support di 5892. Jika dapat bertahan diatas 6000 dan kembali melanjutkan kenaikannya, maka IHSG berpeluang kembali menuju target yang dulunya merupakan support neckline sebelum di breakdown di area 6167. Namun apabila IHSG gagal bertahan di 6000, ada potensi bagi IHSG kembali turun menguji area support dikisaran 5900-5950.

Untuk pekan ini pelaku pasar akan mencermati rilis data cadangan devisa pada hari rabu dan penjualan ritel pada hari kamis. Sementara dari luar negeri, data dan agenda ekonomi penting yang akan menjadi perhatian dari investor di pekan ini antara lain adalah :

  • Selasa 4 April 2021 :  Keputusan suku bunga Bank Sentral Australia RBA
  • Rabu 5 April 2021 : Rilis data perdagangan AS, FOMC Meeting
  • Kamis 6 April 2021 : Pernyataan ketua The Fed Powell
  • Jum’at 7 April 2021 : Rilis data inflasi China, Rilis data perdangan Jerman

Untuk sementara ini dulu yang bisa saya sampaikan dalam weekly strategic analysis pada pekan ini. IHSG masih dalam tekanan jangka pendek, namun ada potensi untuk mengalami teknikal rebound sesaat menuju kisaran 6058 hingga 6167. Pergerakan IHSG masih dibayangi oleh potensi kenaikan inflasi AS, yang dikhawatirkan dapat mendorong percepatan kebijakan pengetatan moneter dan akan kembali mempengaruhi kenaikan imbal hasil Treasury AS. Selain itu pelemahan nilai tukar rupiah dan pergerakan harga komoditas akan turut mempengaruhi pergerakan IHSG sepekan kedepan.

Ditengah kondisi market yang masih berkonsolidasi cenderung bergerak melemah, untuk itu disarankan tetap safe trading dan selalu waspada, serta kontrol resiko sesuai dengan trading plans yang telah dibuat. Sementara bagi investor, jika terjadi koreksi massive bisa dimanfaatkan untuk akumulasi bertahap dengan melakukan buy on weakness, terutama pada saham-saham yang masih memiliki fundamental bagus dan dan kinerja keuangan yang kuat, serta prospek yang cerah pasca berakhirnya pandemi Covid-19 nanti. Atur strategi pembelian dan money manajemennya.

Mengenai saham-saham apa saja yang menarik untuk di tradingkan dalam jangka pendek atau saham-saham apa yang dapat diakumulasi untuk menjadi investasi jika terjadi koreksi, akan diulas secara khusus di area member premium. Diperlukan pengalaman, keahlian dan strategi khusus dalam melakukan analisa, baik teknikal maupun fundamental untuk menentukan kapan waktu terbaik untuk masuk ataupun keluar dari posisi trading ataupun investasi. Bagi anda yang berminat untuk memperoleh ulasan market outlook, arahan dan ide trading/investasi, serta ingin bergabung ke dalam group kami dengan menjadi member premium dari Step-trader.com, dapat melihat info lengkapnya pada bagian MEMBER REGISTRATION diatas.

Safe Trading, Good Luck & GBU Always

Ingin bergabung menjadi member premium kami dapat melihatnya infonya disini: http://step-trader.com/member-area/